Mohon tunggu...
Rihadatul Aisy Hanayudha
Rihadatul Aisy Hanayudha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lakukan yang terbaik disetiap waktu yang kamu miliki

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga NIM 21107030045

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Berwisata Sekaligus Belajar Sejarah di Museum Benteng Vredeburg

9 April 2022   08:14 Diperbarui: 9 April 2022   08:16 1430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Museum Benteng Vredeburg merupakan sebuah benteng yang letaknya di depan Gedung Agung dan Kraton Kesultanan Yogyakarta. Benteng ini sekarang dijadikan sebagai sebuah museum. Pada bangunan Benteng Vredeburg ini terdapat sebuah diorama yang berisi mengenai sejarah-sejarah negara Indonesia. Benteng ini dulunya dibangun sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan residen Belanda. Benteng ini dikelilingi oleh sebuah parit yang sebagian bekas parit tersebut telah direkontruksi. Benteng Vredeburg ini memiliki bentuk persegi dan mempunyai bastion atau menara pantau di keempat sudut tersebut.

Sejarah singkat mengenai Benteng Vredeburg. Berdirinya Benteng Vredeburg sangat berkaitan erat dengan lahirnya Kesultanan Yogyakarta. Pada perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi yaitu Sultan Hamengku Buwono I kelak, merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan para raja-raja Jawa pada saat itu.

Melihat kemajuan yang sangat pesat pada kraton yang didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I, Belanda merasa khawatir akan hal itu. Pihak Belanda pun mengusulkan kepada Sultan agar dapat diizinkan membangun sebuah benteng di dekat kraton. Belanda berdalih pembangunan benteng ini agar Belanda dapat menjaga keamanan kraton dan sekitarnya. Padahal maksud Belanda yang sesungguhnya adalah untuk memudahkan dalam mengontrol segala perkembangan yang terjadi di dalam kraton. Letak Benteng Vredeburg ini yang hanya berjarak satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang menghadap ke jalan utama menuju kraton menjadi indikasi bahwa fungsi dari Benteng Vredeburg ini digunakan sebagai benteng strategi, intimidasi, penyerangan serta blockade. Dapat disimpulkan bahwa pembangunan benteng ini dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan memalingkan wajahnya dan memusuhi Belanda.

Besarnya kekuatan yang tersembunyi dibalik kontra politik dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda menjadi kekuatan yang sulit dilawan oleh pihak pemimpin pribumi pada masa kolonial Belanda saat itu. Hal ini termasuk juga Sri Sultan Hamengku Buwono I, maka dari itu permohonan izin Belanda untuk mendirikan benteng ini dikabulkan oleh pihak kraton.

Kronologi pemanfaatan Benteng Vredeburg Yogyakarta

  • Tahun 1760

Benteng mulai dibangun dan penggunaannya dihibahkan kepada pihak Belanda (VOC) dibawah pengawasan Gubernur Jenderal Nicolas Hartingh.

  • Tahun 1765-1788

Benteng Vredeburg ini disempurnakan sesuai dengan kebutuhan sebagai benteng pertahanan dibawah pengawasan Ir. Frans Haak.

  • Tahun 1788-1799

Benteng ini kemudian dimanfaatkan sebagai benteng pertahanan secara sempurna oleh VOC.

  • Tahun 1799-1807

Benteng kemudian diambil alih pengelolaannya oleh Koninklijk Holland (Kerajaan Belanda) di bawah Gubernur Jenderal Daendels.

  • Tahun 1811-1816

Benteng Vredeburg dibawah kekuasaan pemerintah Inggris. Tahun 1942 penguasaan benteng beralih ke tangan Jepang.

  • Tahun 1942-1945

Benteng dibawah kekuasaan Tentara Jepang.

  • Tahun 1945-1977

Benteng dibawah kekuasaan instansi militer Republik Indonesia. Tahun 1948 benteng dikuasai Belanda melalui Agresi Militer Belanda II. Sejak tahun 1949 benteng dapat direbut kembali oleh Republik Indonesia.

  • Tahun 1977-1992

Benteng pernah dipergunakan untuk Jambore Seni, Pendidikan dan Latihan Dodiklat Polri. Garnizun 072 serta TNI Batalyon Infantri 403.

  • Tahun 1980

Diadakan penandatanganan piagam perjanjian pemanfaatan Benteng Vredeburg sebagaiPusat Informasi dan Pengembangan Budaya Nusantara oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Mendikbud Republik Indonesia Dr. Daoed Joesoef.

  • Tahun 1984

Mendikbud Republik Indonesia Prof. Dr. Nugroho Notosusanto menyatakan bahwa Benteng Vredeburg difungsikan sebagai museum.

  • Tahun 1985

Sri Sultan Hamengku Buwono IX mengijinkan diadakan perubahan tata ruang sesuai dengan kebutuhan sebagai museum.

  • Tahun 1987

Museum Benteng Vredeburg mulai dibuka untuk umum.

  • Tahun 1992 sampai sekarang

Melalui Surat Keputusan Mendikbud Republik Indonesia Prof. Dr. Fuad Hassan Nomor : 0475/O/1992 tanggal 23 November 1992 menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Yogyakarta. Tahun 1997 mendapat limpahan tugas untuk mengelola Museum Perjuangan Yogyakarta. Tahun 2003 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : KEP-05/BP. Kebudayaan 2002 tanggal 21 Agustus 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, nama museum diganti menjadi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.


Museum Benteng Vredeburg sendiri memiliki beberapa ruang diorama.

  • Ruang Diorama I, ruang ini memiliki koleksi museum Vredeburg yang berjumlah 11 minirama yang menggambarkan peristiwa sejarah sejak masa perang Diponegoro sampai masa pendudukan Jepang di Yogyakarta pada 1825-1942.
  • Ruang Dioroma II, koleksi museum Benteng Vredeburg pada ruangan ini berjumlah 19 minirama yang menggambarkan berbagai peristiwa sejarah yaitu sejak masa proklamasi atau dari awal kemerdekaan hingga terjadinya Agresi Militer Belanda I  sejak 1945-1947.
  • Ruang Diorama III, isi dari koleksi museum Benteng Vredeburg pada diorama ini berupa 18 minirama yang menggambarkan peristiwa sejarah berupa Perjanjian Renville hingga pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1948 -- 1949.
  • Ruang Diorama IV, pada diorama yang ke empat ini terdapat koleksi museum Benteng Vredeburg berupa 7 buah minirama yang dapat menggambarkan sejarah yang dialami oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga masa Orde Baru sejak tahun 1950 -- 1974.

Pada musem Benteng Vredeburg juga terdapat ruang pengenalan, fungsi ruangan ini adalah untuk memutar film-film dokumenter. Pada ruang diorama dilengkapi dengan media interaktif berupa layar sentuh. Terdapat juga games tebak gambar mengenai sejarah. Selain itu terdapat ruang audiovisual, ruang ini terletak di gedung F lantai 2, di ruang ini terdapat film-film perjuangan perjuangan. Pada museum ini juga terdapat peninggalan peninggalan lain seperti mesin cetak  Heidelberg, dan lain sebagainya.

Dokpri. Mesin cetak Heidelberg
Dokpri. Mesin cetak Heidelberg

Menurut Edukator Komang Ananda, edukator museum Benteng Vredeburg. Sejarah singkat Benteng Vredeburg, awal berdirinya bebarengan dengan Kraton Yogyakarta tahun 1760. Museum Benteng Vredeburg baru berdiri 1993 dan hingga sekrang, museum ini berada dibawah Kementrian Kebudayaan Riset dan Teknologi. Tema Museum Benteng Vredeburg yaitu sejarah perjuangan nasional, museum ini terbagi menjadi empat diorama yang ceritanya menitik beratkan pada perjuangan Indonesia yang terfokus di Yogyakarta. Diorama I berisi perang Diponegoro, kedatangan Jepang, jaman revolusi, Ibukota Indonesia pindah Ke Jogja. Diorama selanjutnya gerilya Jenderal Soedirman, dan diorama terakhir titik beratnya pada Konferensi Colombo dan Penumpasan G 30 S PKI. Museum Benteng Vredeburg merupakan cagar budaya nasional, luas benteng ini 3000 m persegi dan merupakan bangunan kolonial.

Menurut edukator Komang Ananda jumlah pengunjung pada awal Covid-19, sangat signifikan menurun. Pada 2020 Benteng Vredeburg ini sempat tutup selama 6 bulan, tutup pada bulan Maret dan buka kembali pada bulan September. Baru menuju normal pada bulan Februari 2022. Dulunya satu hari saat weekend mendapat 5000 sampai 6000 pengunjung namun saat bulan ini bisa sampai diangka 3000, hal ini masih jauh dari pengunjung normal. Covid-19 sangat berpengaruh pada jumlah pengunjung, pada hari biasa saat pandemic Covid-19 pengunjung mencapai 1000 sampai 2000 dan sebelum adanya Covid-19 bisa mencapai 4000 hingga 5000 pengunjung dan jika weekend bisa mencapai 6000 bahkan jika ramai bisa mencapai 10.000 pengunjung.

Dokpri.  Wawancara dengan Edukator Komang Ananda
Dokpri.  Wawancara dengan Edukator Komang Ananda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun