Mohon tunggu...
Hana Santika Ahdanty
Hana Santika Ahdanty Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa yang ingin menulis..

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, semester 3

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Agar Tak Jatuh ke Dalam Toxic Relationship, Membangun Komunikasi Itu Penting

21 November 2020   15:59 Diperbarui: 21 November 2020   16:03 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Toxic relationship merupakan istilah yang sering disebutkan untuk hubungan yang tidak sehat. Bisa dalam lingkup pertemanan, pekerjaan, keluarga dan yang paling sering dibahas yaitu pada hubungan percintaan. Hubungan ini terjadi setidaknya pada dua orang atau lebih.

Toxic relationship dapat terjadi jika dalam hubungan itu terdapat sikap baik verbal maupun melibatkan fisik yang bersifat merusak. Misalnya bertindak kekerasan, acuh tak acuh terhadap pasangan, mengarahkan kepada perbuatan yang buruk, memaksakan kehendak tanpa mendengarkan pasangan, dsb.

Salah satu maupun keduanya akan dirugikan jika hubungan seperti itu tidak diatasi. Ini memberikan dampak fisik maupun psikologis bagi pihak yang dirugikan.

Seringkali kita tidak menyadari ketika kita berada dalam hubungan toxic. Mengapa demikian? Bisa jadi dibutakan oleh cinta, atau ada faktor tertentu yang membuatnya tidak bisa melakukan tindakan hingga akhirnya menyerah pada keadaan.

Bagaimana mengatasinya?
Dengan membangun komunikasi yang baik. Karena tidak dapat dipungkiri, seringkali rusaknya sebuah hubungan terjadi karena kurangnya komunikasi antara masing-masing pihak.

Komunikasi jelas melibatkan semua pihak yang bersangkutan. Komunikasi akan berjalan baik jika pihak lawan memberikan respon yang menunjukkan pesan tersebut sampai kepadanya. 

Dalam teori komunikasi dasar yang diungkapkan Lasswell dijelaskan bahwa dalam komunikasi terdapat 5 unsur yang harus dipenuhi, salah satunya efek. Efek merupakan dampak yang ditimbulkan setelah komunikan (pemberi pesan) menyampaikan pesan terhadap komunikator (penerima pesan). Jika dalam komunikasi tidak menimbulkan efek maka komunikasi itu dapat dikatakan tidak berhasil.

Lalu bagaimana cara membangun komunikasi yang baik dalam hubungan?
Yaitu dengan memahami bagaimana karakter orang yang sedang kita ajak berkomunikasi. Misalnya, jika yang kita ajak bicara merupakan orang yang temperamen maka hendaknya komunikasi dilakukan ketika emosinya sedang stabil. Jika ia merupakan orang yang cuek, maka lakukan sesuatu yang membuat dia tertarik kemudian baru saat dia memberi ruang kita dapat mengajak berbicara.
Dengan membangun komunikasi yang baik dapat membuat kita terhindar dari hal-hal yang merusak suatu hubungan, yang akan memicu terbentuknya apa yang dinamakan Toxic Relationship.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun