Bagian atas masjid membentuk bulatan tanpa atap. Di bagian dinding juga terdapat banyak ventilasi sehingga cahaya matahari leluasa menerangi bagian dalam masjid.
Juru pelihara masjid tersebut, Cipto Wiarjo (70), warga setempat, mengatakan disebut gumuling karena wujud bangunannya yang melingkar. Menurutnya keunikan bangunan masjid adalah dibangun dengan tembok tebal. Hampir sekitar 1,25 meter ketebalannnya. Kata dia, batubata direkatkan tidak dengan semen seperti sekarang namun menggunakan bahan alami seperti putih telur.
Ia mengatakan masjid tersebut ramai dikunjungi wisatawan. Diantaranya untuk foto narsis atau prewedding dan lainnya. Dengan berkunjung ke masjid tersebut menyiratkan jejak perkembangan islam di Keraton Yogyakarta dan kemegahan arsitektur masa lalu. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H