Mohon tunggu...
Hanan Wiyoko
Hanan Wiyoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Saya menulis maka saya ada

Suka membaca dan menulis, bergiat di literasi digital dan politik, tinggal di Purwokerto, Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keanehan Selfie di Makam Syekh Abdusshomad di Jombor, Cipete

6 Maret 2021   16:42 Diperbarui: 6 Maret 2021   16:48 6405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Youtube/Samarantu

SAAT berkunjung ke makam keramat atau makam tua, kadang ada hal aneh yang terasa. Ini seperti pengalaman saya ketika berziarah ke makam  seorang penyebar agama Islam abad ke-16 di Banyumas, Syekh Abdusshomad di Jombor, Desa Cipete, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Soal keanehan yang saya rasakan, saya tulis di bagian akhir tulisan. Sebelumnya saya ceritakan dulu perihal makam tersebut.

Banyak tempat di Banyumas untuk berziarah ngalap berkah. Di antaranya adalah ke Makam Syekh Abdusshomad di Grumbul Jombor, Desa Cipete, Kecamatan Cilongok, Banyumas. Menurut informasi yang dihimpun,  Syekh Abdusshomad merupakan tokoh penyebar agama Islam di tlatah Banyumas pada sekitar abad 15-16.

Lokasi makam ini berada di RT 2 RW 3 Desa Cipete. Lokasinya mudah dijangkau karena berada di tepi jalan. Setelah memarkir kendaraan, peziarah harus berjalan kaki menapaki anak tangga sekitar lebih dari 100 meter. 

Makam ini ramai dikunjungi peziarah, terutama pada bulan Sya'ban. Pada hari-hari biasa, makam yang dikenal juga dengan nama Makam Mbah Abdus Somad ini juga tetap didatangi peziarah dengan berbagai hajat.

Pohon Nagasari

Lokasi makam berada di ketinggian dan diapit rimbunnya pepohonan besar. Di antaranya adalah pohon nagasari yang usianya ratusan tahun. Para pengunjung dilarang mengambil atau merusak bagian pohon tua tersebut.

Pelarangan tersebut cukup beralasan. Rupanya setelah ditelusur ke situs jual beli online terdapat postingan menjual tasbih kayu berbahan kayu nagasari dari Makam Jombor. Dideskripsikan kayu tersebut merupakan kayu berkaromah atau memiliki aura metafisika. 

Berikut deskripsi produk tasbih : Kayu nogosari mati ngurak, dari Makam Syech Abdulsomad Jombor Banyumas. Dalam Sejarah Kerajaan Demak, kayu Nagasari merupakan kayu pilihan yang digunakan sebagai gagang atau tongkat tombak Kyai Pleret milik Panembahan Senopati. Tombak Kyai Pleret yang memiliki kesaktian tinggi, dipadu dengan energi Kayu Nagasari menjelma menjadi senjata pamungkas yang mampu merobohkan Arya Penangsang.Adipati Jipang Sakti Mandraguna yang berseteru dengan kerajaan Demak. Kayu Nagasari yang memiliki tuah tingkat tinggi, bukanlah Nagasari yang didapatkan di sembarang Kayu Nagasari akan semakin kuat manakala didapatkan dari tempat-tempat yang secara metafisik menjadi tempat terhimpunnya energi aura metafisik. Oleh para spiritualis Kayu Nagasari disebut sebagai Rajanya Kayu mereka yang menguasai kebatinan tingkat alami yang ada pada Kayu Nagasari boleh diolah sebagaimana tujuan/hajat tertentu yang dikehendaki. Ukuran tasbih yang dijual adalah 8 milimeter dengan harga Rp 160.000.

Siapa Syekh Abdusshomad?

Menurut informasi yang dihimpun, Syekh Abdusshomad merupakan pendakwah Islam dari Jawa Barat. Cara penyebaran Islam dilakukan dengan cara yang menyesuaikan adat kebiasaan masyarakat setempat pada masa itu.

Syiar Islam dilakukan dengan menjalin silaturahmi ke rumah-rumah penduduk atau ngendhong serta menjadi teladan dengan menunjukkan sikap mulia. Dikisahkan situasi masyarakat setempat pada saat itu menganut sistem kepercayaan leluhur.

Menurut tulisan blog Wiyonggo Putih :  Data yang mendukung terdapat pada bekas prasasti kayu dengan huruf Jawa yang tertulis "Gebyog Iki Dibangun Ing Tahun 1817 Masehi. Gebyog adalah Cungkup makam Syaikh Abdus Shomad. Sedangkan bangunan makam tersebut dibangun oleh Mbah Kyai Muhammad Noer Zaman, yang dalam catatan silsilah keluarga Jombor merupakan keturunan ketujuh dari Syaikh Abdus Shomad. Petunjuk lain yaitu antara Syaikh Abdus Shomad dengan Adipati Joko Kaiman terdapat hubungan besan. Hasanudin putra Syaikh Abdus Shomad dinikahkan dengan putri dari Adipati Joko Kaiman. Hubungan ini mengindikasikan adanya rentang masa kehidupan mereka dalam kurun waktu yang sama.

Keanehan Foto Bareng di Makam

Saya berkesempatan berziarah ke makam Syekh Abdusshomad bersama teman-teman kantor pada  Jumat, 5 Maret 2021. Ini adalah kali pertama saya melakukan ziarah ke Makam Syekh Abdussomad.

Sesampai di parkiran, mobil terparkir di halaman makam. Di halaman tersebut terpampang papan informasi yang menjelaskan tata tertib ziarah dan struktur juru kunci makam.

Informasi dalam papan tersebut menyebutkan makam dikelola Yayasan Nuruz Zaman Jombor dengan akta notaris nomor 02 tanggal 02 Desember 2016 nomor AHU - 0045389-AH.02.04 tahun 2016. 

Nama penasihat yayasan adalah M Dasuki dan KH Abdussyukur, sedangkan nama juru kunci H Solikuhun Akhmad dan dua orang badal yakni Kamali dan Dasuki. 

Sedangkan tata tertib berziarah ada 10 poin, diantaranya untuk berpakaian sopan bagi para peziarah, larangan merusak pohon Nagasari, larangan membuang sampah, dan lainnya.

Sumber: Youtube/Samarantu
Sumber: Youtube/Samarantu
Setelah menapaki jalan berundak, kami sampai di cungkup makam. Lokasinya berada paling tinggi. Di kompleks pemakaman ini juga terdapat makam lainnya yang berasal dari kerabat dan keturunan syekh. 

Pepohonan yang rimbun membuat angin terasa semilir dan sejuk. Jalan menuju kompleks cungkup dan di bangunan utama lokasi berziarah sudah terdapat lampu listrik yang menjadi penerangan peziarah di kala malam.

Cungkup makam Abdusshomad berada di dalam bangunan yang terkunci. Peziarah bisa duduk berdoa di luar bangunan. Saat saya datang, di lokasi sedang dilakukan renovasi bangunan utama sehingga dibuat lebih nyaman. 

Maklum saja, bagi peziarah yang ingin ngalap berkah bisa berdoa di tempat ini berhari-hari, ada yang tujuh hari, bahkan sampai 40 hari. Di halaman parkir terdapat masjid dan sarana toilet yang bisa digunakan peziarah. Di bagian pintu masuk juga terdapat kotak infak, bagi dermawan yang ingin berinfak bisa memasukkan infak di kotak tersebut.

Ada hal yang saya rasa aneh ketika berada di lokasi makam. Kami sempat berfoto selfie berlima. Kamera yang digunakan adalah kamera gadget milik teman saya. Saat pengambilan gambar sekitar jam 16.30 WIB. Saat itu tidak ada yang aneh menurut saya. Keanehan baru terasa ketika seusai ziarah dan kami sedang makan di batas desa. 

Saya mengecek galeri foto gadget saya. Kok foto berlima yang diambil di pintu gerbang makan sudah masuk di galery saya. Padahal teman saya belum mengirim foto ke saya. Juga tidak ada teman lain yang mengirim foto ke saya. Sampai saya membuat tulisan ini masih heran, kok bisa foto itu ada di galeri foto saya? (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun