Tri Hita Karana adalah konsep kehidupan harmonis dalam budaya Bali yang mencakup tiga aspek utama: hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan hubungan manusia dengan alam. Implementasi Tri Hita Karana dalam salam sehari-hari bisa tercermin dalam sikap, perkataan, dan tindakan yang menghormati nilai-nilai tersebut.Istilah Tri Hita Karana pertama kali diperkenalkan pada tanggal 11 November 1996 saat diselenggarakan Koferensi Daerah I Badan Perjuangan Umat Hindu Bali bertempat di Perguruan Dwijendra Denpasar. Kegiatan tersebut diselenggarakan berdasarkan kesadaran umat Hindu akan dharmanya untuk ikut serta dalam pembangunan bangsa menuju masyarakat yang harmonis, adil, sejahtera berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Lalu istilah Tri Hita Karana ini  berkembang dan menyebar luas di kalangan masyarakat Bali dan menjadi landasan hidup bagi masyarakat Bali untuk mencapai kebahagian lahir dan batin. Tri Hita Karana merupakan konsep yang universal dimana secara lesikal Tri Hita Karana terdiri dari tiga kata yaitu "Tri" artinya tiga, "Hita" artinya kebahagiaan dan "Karana" artinya penyebab. Jadi Tri Hita Karana dapat diartikan sebagai tiga penyebab kebahagiaan yang bersumber dari hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan dengan alam. Seperti namanya yakni tiga, maka Tri Hita Karana terdiri dari tiga bagian yaitu Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan. Sebenarnya konsep Tri Hita Karana ini sudal lama dikenal dan diterapkan oleh masyarakat Bali dalam kehidupan sehari-hari sehingga mampu membuat masyarakat Bali hidup rukun dan harmonis sampai detik ini. Selain itu konsep ini mampu membantu masyarakat Bali dalam menjaga nilai-nilai dan tradisi yang berkembang di Bali agar tidak punah meskipun berada di tengah-tengah era globalisasi saat ini. Seperti yang telah disebutkan bahwasannya Tri Hita Karana dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini merupakan contoh aksi nyata pengimplementasian Tri Hita Karana dalam kehidupan sehari-hari.
1. Hubungan dengan Tuhan (Parhyangan):
  - Implementasinya bisa dimulai dengan salam seperti "Om Swastiastu," yang artinya "Semoga keselamatan senantiasa menyertai kita." Ini mencerminkan penghormatan dan kesadaran akan keberadaan Tuhan.
2. Hubungan antar Manusia (Pawongan):
  - Mengutamakan sikap saling menghormati, tolong-menolong, dan kebersamaan. Misalnya, salam sopan dalam interaksi sehari-hari, seperti "Sugeng enjing" (selamat pagi) atau "Sugeng siang" (selamat siang).
3. Hubungan dengan Alam (Palemahan):
  - Mengajarkan pentingnya menjaga lingkungan dan memperlakukan alam dengan baik. Contoh implementasinya adalah dengan merawat lingkungan sekitar, tidak merusak alam, dan mempraktikkan keberlanjutan.
Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sanskerta yang dapat diartikan sebagai "tiga sebab kesejahteraan." Konsep ini mencerminkan filosofi hidup masyarakat Bali yang mengajarkan pentingnya mencapai keseimbangan dan harmoni dalam hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
1. Parhyangan (Hubungan dengan Tuhan):
  - Ini mencakup ritual dan upacara keagamaan yang dijalankan untuk menjaga keseimbangan spiritual. Melibatkan penghormatan terhadap pura, candi, dan tempat ibadah lainnya.
2. Pawongan (Hubungan antar Manusia):
  - Fokus pada pentingnya nilai-nilai sosial, seperti gotong royong, tenggang rasa, dan saling menghormati. Masyarakat Bali memegang teguh prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari.
3. Palemahan (Hubungan dengan Alam):
  - Masyarakat Bali meyakini bahwa alam memiliki peran penting dalam kehidupan, dan mereka berusaha untuk menjaga keseimbangan dengan alam. Ini tercermin dalam tradisi pertanian, upacara keagamaan, dan penggunaan sumber daya alam dengan bijak.
Tri Hita Karana bukan hanya filosofi, tetapi juga pedoman praktis untuk mencapai keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menerapkan nilai-nilai ini, masyarakat Bali berusaha menciptakan lingkungan yang damai, sejahtera, dan lestari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H