Mohon tunggu...
Robby Yudhi Nurhana
Robby Yudhi Nurhana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia IAIN Ponorogo

Sebut saja saya Nino atau Hana. Bagi saya, sastra dan rasa merupakan perpaduan yang begitu indah. Apalagi diiringi alunan nada-nada yang menggugah atma. Usah resah kala jemari Anda menuangkan ide-ide tak biasa. Percayalah, apapun yang berawal dari hati pasti akan sampai ke hati, terlebih jika dapat terpatri maka akan abadi. Salam literasi!

Selanjutnya

Tutup

Seni

Daur Ulang dalam Gaya, Berkarya dengan budaya!

6 Oktober 2024   10:45 Diperbarui: 6 Oktober 2024   11:07 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

JANITRA ANAGATA

       Janitra dalam bahasa Sansekerta berarti keteguhan atau kemuliaan, sedangkan Anagata berarti masa depan. Nama ini menggambarkan komitmen kuat untuk mempertahankan kemuliaan budaya lokal, khususnya Reog Ponorogo. Seperti yang kita ketahui, budaya Reog Ponorogo merupakan salah satu budaya Nusantara yang eksistensinya hingga ke mancanegara, bahkan dunia. Kostum ini menjadi simbol kemuliaan tradisi budaya lokal yang terjaga melalui inovasi modern dan kesadaran lingkungan. Dalam semangat pelestarian budaya dan lingkungan, muncul inovasi menarik yang menggabungkan keindahan seni tradisional dengan nilai-nilai ekologis. Salah satu implementasiannya adalah pembuatan serta peragaan kostum daur ulang pada acara lomba Fashion Show Daur Ulang Festival Pasar Rakyat (FPR) 2024 yang bertempat di Pasar Pahing, Kediri (5 Oktober 2024). Lomba ini diselenggarakan oleh Adira Finance.

       Dengan memadupadankan bahan utama limbah bungkus makanan anabul dan bungkus kopi, dilengkapi aksesoris lainnya yang terbuat dari limbah di sekitar kita, yakni kresek. Komposisi berbagai corak warna yang terdapat pada kostum tentunya memiliki filosofi tersendiri dalam pembuatannya. Warna merah mencerminkan semangat dan keberanian untuk melangkah maju dengan kreativitas tanpa meninggalkan akar tradisi budaya. Warna hijau melambangkan kesuburan, cinta lingkungan, serta mewakili icon warna bulu merak yang terkenal akan keindahan dan keanggunannya. Warna hitam menjadi simbol kerendahan hati dan kesopanan. Warna kuning atau emas mengisyaratkan kejayaan, dimana kejayaan itu muncul lantaran upaya kita dalam menjaga lingkungan dan nilai-nilai budaya sehingga membawa dampak baik untuk masa depan bangsa.

       Dengan keikutsertaan dan pembuatan kostum ini yang menggunakan bahan-bahan daur ulang, diharapkan dapat memotivasi dan menginspirasi seluruh khalayak khususnya para generasi muda untuk berkreasi, berinovasi, menciptakan karya-karya yang ramah lingkungan, memiliki nilai estetika, budaya, dan nilai jual. Kostum ini tidak hanya berfungsi sebagai penghargaan sekaligus pelestarian terhadap budaya Reog, tetapi juga sebagai bentuk dedikasi bahwa masa depan yang lebih baik dapat diwujudkan melalui tindakan kreatif yang peduli lingkungan dan dalam setiap potong sampah ada potensi untuk menjadi masterpiece, dalam setiap langkah kita, kita juga bisa menjadi penjaga lingkungan yang tangguh.

Daur ulang dalam gaya, berkarya dengan budaya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun