Mohon tunggu...
Hanan Waskitha
Hanan Waskitha Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada. Mantan santri di salah satu pesantren di Yogyakarta. Sedang menemukan kembali gairah menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik, Apakah Hanya Mencari Kekuasaan?

12 Juni 2013   10:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:09 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat ini label Mahasiswa masih melekat pada diri saya. Status yang memaksa saya untuk bersinggungan dengan sesuatu yang dikatakan sebagai 'politik', yang sampai saat ini saya artikan sebagai langkah kebijakan untuk menciptakan suatu keadaan. Tentu saja jika diartikan demikian 'politik' menjadi terkesan baik dan mulia. Jika politik diartikan demikian maka jelaslah politik dilakukan tidak harus dengan jabatan  dan kedudukan. Titik awal berpolitik adalah ketika seseorang mulai berpengaruh di lingkungan terkecilnya. Adapun jabatan dan kedudukan hanyalah sebagai hadiah yang menjadikan dampak politik bertambah luas dan besar.

Hanya saja pemahaman di atas menjadi kabur dengan realita saat ini. Kata 'politik' mengalami pergeseran makna menjadi pencarian kekuasaan. Tidak perlu sampai berbicara tentang Negara Indonesia, di tingkat Mahasiswa pun banyak ditemukan cerminan politik kekuasaan ini. Nampak jelas ketika mendekati musim Pemira (Pemilu Raya) orang-orang yang sebelumnya sama sekali tidak terlihat mendadak muncul di baliho yang terpasang di sudut-sudut kampus. Orang-orang yang awalnya pendiam mendadak menjadi (terlihat) kritis, peduli, dan membela kepentingan Mahasiswa. Orang-orang yang awalnya jarang terlihat di kampus tiba-tiba terlihat berusaha membaur dengan seluruh kalangan.

Mulai dari organisasi tingkat jurusan hingga universitas tidak lepas dari politik kekuasaan ini. Seakan-akan kekuasaan adalah suatu hal yang patut diperebutkan sehingga banyak orang berlomba-lomba meraih simpati yang bagi saya seperti orang yang mengemis penderitaan. Saya bukanlah orang yang pandai ilmu politik. Namun jika politik ternyata hanya diartikan sebagai pencarian kekuasaan, walaupun itu dilakukan oleh kaum Muslim tetap saja ada yang mengganjal. Islam tidak melarang seseorang menjadi pemimpin, namun Islam melarang seseorang untuk mencari-cari kekuasaan.

Pada suatu saat di masa Rasulullah, Abu Dzar al-Ghifari Radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,

“Wahai Rasulullah, tidakkah engkau menjadikanku sebagai pemimpin?”

Mendengar permintaan Abu Dzar tersebut, beliau menepuk pundak Abu Dzar seraya bersabda,

“Wahai Abu Dzar, engkau seorang yang lemah sementara kepemimpinan itu adalah amanat. Dan nanti pada hari kiamat, ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil dengan haknya dan menunaikan apa yang seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut.” (HR. Muslim)

Begitu pula Rasulullah menegaskan dalam hadits lain,

“Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kepemimpinan. Karena jika engkau diberi tanpa memintanya niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah  dengan diberi taufik kepada kebenaran). Namun jika diserahkan kepadamu karena permintaanmu niscaya akan dibebankan kepadamu (tidak akan ditolong).” (HR. Bukhari & Muslim)

Maka jika keadaan tidak berubah, sebenarnya tidak ada satu partaipun di Indonesia yang tidak mencari kekuasaan! Sekali lagi saya bukanlah orang yang pandai ilmu politik. Mohon pencerahan jika berkenan, seperti apakah politik yang sebenarnya itu? :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun