Mohon tunggu...
Hana Muwahhida
Hana Muwahhida Mohon Tunggu... -

Freelance Editor & Translator EGC Medical Publisher | EQC Consultant for IDB Project | Invisible | http://hanamuwahhida.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jilbab Lebar dan Eksklusivitas

13 Juni 2015   14:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:04 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Eksklusivitas: Antara Naluri dan Degradasi

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” (HR. Muslim no. 208)

Ketahuilah satu hal. Jilbab adalah bentuk ketaatan. Dengan begitu banyaknya yang berjilbab tapi telanjang, berjilbab rapi adalah suatu prestasi ketaatan, satu dari sekian banyak yang mesti dikerjakan. Menutupi dada, longgar, tidak transparan, dan tidak membentuk. Betapa risihnya jika (maaf) dada menonjol dan dipandangi banyak orang, paha dan bagian tubuh belakang menjiplak dan dipandangi banyak orang, sementara rambut tertutup kain. Bisa jadi semua hal itu adalah hal yang berat, terlihat dari berapa banyak muslimah yang berani mengambil risiko tampak aneh.

Jilbab lebar kemudian menjadi identitas, bahwa “Saya ingin taat.” Kerinduan berada di lingkungan dan negeri yang taat pada Alloh inilah yang menjadi pemicu senyum dan sapaan hangat dari para pelakunya, meski tidak saling kenal. Karena ini pula, fenomena eksklusivitas terjadi.

Kesenangan bergerombol dan beraktivitas dalam kelompok masing-masing ini wajar saja jika tidak mengabaikan peran sosial lainnya. Namun, tidak sedikit kelompok yang terbentuk akhirnya menjadi zona aman dan nyaman bagi individu-individunya. Bicara iman hanya dalam lingkarannya, menghindari bicara iman dan Islam pada kelompok yang berbeda. Jumlah dalam kelompok semakin lama semakin sedikit, kemudian dalil keterasingan yang diungkapkan di awal tadi menjadi pembenaran bagi ketakutan-ketakutannya. “Wajar kami hanya sedikit, sebab sunnatullahnya begitu.

Apa yang ditakutkan ketika membicarakan iman pada orang-orang di sekitar? Banyak aktivis dakwah saat ini tidak merasakan rasanya ditolak mentah-mentah, dijauhi, dan dikucilkan; menghindari berbicara Islam pada orang-orang yang anti-Islam karena takut tidak bisa menjawab disebabkan ilmunya yang masih segitu-segitu saja; tidak berkeinginan mencari tahu lebih jauh dan merasa cukup dan merasa benar dengan apa yang dimilikinya.

Begitulah, yang dinamakan aktivis dakwah hari ini hanya sebatas halaqoh dan dauroh, orasi dan retorika, serta tombol share di media sosial.

 

Kerja Dakwah

Ya, salah satu pekerjaan bagi mereka yang ingin berada tetap dalam ketaatan adalah dakwah,sebagai wujud keinginan dan cita-cita untuk meraih syurga, menggapai gelar Syahid(ah), dan menegakkan Kalimat Tauhid yang mereka yakini. Cara apa pun mereka tempuh. Ceramah, menulis, berdiskusi, bermusik, membuat film-film bernuansa syiar, bahkan dengan sebanyak-banyaknya share postingan-postingan tentang Islam di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun