Mohon tunggu...
Noveri Fehrizal
Noveri Fehrizal Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Bukan siapa-siapa, tapi akan menjadi apa ?

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

- Anti Jokowi Part 2 -

1 Februari 2019   19:05 Diperbarui: 1 Februari 2019   19:41 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Debu Propaganda" dalam mensatire issue politik menjelang Pilpres 2019 ini sangat tampak jelas. Dunia maya via sosial media adalah senjata ampuh untuk mempengaruhi pemilih dalam Pilpres 2019. Biasanya masyarakat awam yang terkena imbas dari "Debu Propaganda" issue politik praktis, susah untuk menerima pendapat dan pemikiran yang berbeda (berseberangan), dikarnakan tak adanya masukan sumber bahan pembanding yang dijadikan rujukan untuk tetap mengambil langkah sehat dalam berpikir dan berargumen secara objektif. 
Ambil satu contoh sahaja di pilpres 2014 yang silam, marak tersebar dimedia sosial (Twitter) dan media cetak (Tabloid Obor Rakyat) issue Simpatisan PKI, issue keturunan Tionghoa, issue paham komunisme yang dituduhkan kepada sosok pakde Joko  sangat massive dan terorganisir untuk mempropagandakan image buruk terhadap beliau. 
Setelah tabloid Obor Rakyat dibredel oleh pihak berwenang dan diselidiki ternyata Issue keturunan tionghoa dan PKI yang dituduhkan terhadap Pakde Joko  adalah semata fitnah, tanpa ada bukti otentik dan fakta kesahihannya. 
Kenapa harus issue PKI dan paham komunisme yang dihembuskan ?  karna, dinegara ini untuk  menjatuhkan kredibilitas nama baik seseorang ataupun kelompok kalau tidak dengan issue korupsi, issue seks bebas, ya atau juga dengan issue paham komunisme alias PKI. Dan sama-sama diketahui bahwa sejarah telah mencatat 3 kali (1927, 1948 dan 1965) kelompok ini (PKI) mencoba memberontak dan merongrong integritas kebhinnekaan negara Indonesia.    
Sampai saat ini, menjelang pilpres 2019 menuju hari H nya, masih terdengar issue PKI dan keturunan Tionghoa yang dituduhkan kepada Pakde Joko. Padahal sudah jelas bahwa, sosok Pakde Joko tidak lain adalah masih berdarah keturunan seorang kiyai. Tepatnya, keturunan dari Kiai Yahya, salah seorang pengawal Pangeran Diponegoro. 
Kiai Yahya sendiri adalah putera dari Kiai Abdul Jalal, seorang ulama yang menjadi pendiri tanah perdikan di wilayah Kalioso (daerah selatan utara Solo). Jika silsilah ini ditarik ke atas, maka Jokowi merupakan keturunan dari Jaka Tarub (Raden Kidang Telakas). Dan Jaka Tarub sendiri adalah (dipercaya) putera dari Maulana al-Maghribi, yang dipercaya sebagai salah satu penyebar agama Islam awal di tanah Jawa.
Nah, inilah yang kita sebut sebagai sumber bahan pembanding agar propaganda issue keturunan PKI itu bisa dipatahkan dikalangan masyarakat awam yang telah terlanjur mempercayai issue tersebut. "Debu Propaganda" ini jika, dihirup kedalam otak akan menjadi makanan konsumsi otak yang buruk dan tak menyehatkan buat seseorang. Tolak issue Hoax dengan cerdas mencari tahu sumber-sumber lain sebagai pembanding, bukan berkutat pada satu sisi semata yang ternyata adalah fitnah dan kebohongan. 
Cerdaslah dalam memilih, jangan termakan issue, dan ingat "Fitnah lebih kejam dari pembunuhan."
Bersambung...- Anti Jokowi Part 3 -
Oleh Pitopangsan 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun