Mohon tunggu...
Hana Maya
Hana Maya Mohon Tunggu... -

Hijau seharusnya sejuk

Selanjutnya

Tutup

Money

Dahlan Iskan dan Cerita Pisang dari Subang, Jawa Barat

19 November 2013   13:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:57 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kalo kita impor apel atau anggur dari luar negeri masih wajar, tapi kalo sudah impor pisang itu kurang ajar namanya”.

Begitulah komentar Dahlan Iskan atas keprihatinannya menanggapi maraknya buah impor yang berada di pasar dalam negeri. Keran impor buah-buahan Indonesia sudah kebablasan. Buah tropis yang seharusnya menjadi produk unggulan negara ini malah di-impor dari luar negeri. Padahal dua dekade lalu Indonesia merupakan negara penghasil buah tropis di Asia. Buah-buah asli Indonesia amat terkenal seperti: manggis, duku, kecapi, rambutan dan durian. Tetapi karena kebijakan pemerintah lebih menitik beratkan industrialisasi lahan maka banyak lahan pertanian digerus menjadi pabrik. Ditambah lagi dengan kebijakan keran impor buah yang gila-gilaan maka komplitlah petani-petani di Indonesia digebuk oleh kebijakan yang tidak semestinya mereka dapat.

Komentar Dahlan Iskan di atas diucapkan di sela-sela aktifitasnya memanen pisang di PTPN VIII di Kebun Jalupang  Subang, Jawa Barat pada bulan Juni 2013 yang lalu. Gebrakan Dahlan Iskan untuk melawan dominasi buah impor di pasar adalah salah satunya dengan menciptakan pasar buah lokal. Untuk itu pada tahun lalu ia memerintahkan PTPN VIII yang memiliki lahan seluas 116.000 hektar lahan di seluruh Jawa Barat, agar lahannya ditanami buah-buahan tropis.

Lahan perkebunan karet yang dimiliki PTPN VIII yang telah ditanami pohon pisang seluas 1200 hektar berjajar dengan pohon karet. Sebelumnya jarak tanam antar pohon karet adalah 6 meter dibiarkan kosong tidak dimanfaatkan hanya dibiarkan tumbuh rumput dan alang-alang. Tetapi kini di antara pohon karet tersebut ditanami pohon pisang. Sekarang PTPN VIII telah berhasil memanen 700 ton pisang jenis cavendish dan baranang. Itu adalah panen pisang pertama bagi PTPN VIII. Dulu PTPN VIII butuh waktu enam tahun untuk bisa memanen karet dan kini perusahaan BUMN itu bisa panen setiap delapan bulan sekali dari hasil menanam pisang. Pendapatan perusahaan bertambah tiap delapan bulan sekali dari hasil menanam pisang dan juga tetap akan bertambah dari hasil panen karet setiap enam tahun sekali.

Pemanfaatan lahan perkebunan yang sudah dilakukan PTPN VIII ini tentunya membuat kita semua sadar akan potensi Indonesia yang begitu besar untuk bisa menjadi produsen buah-buahan tropis. Kalau kita bisa memanfaatkan lahan perkebunan yang ada dengan maksimal maka ke depan niscaya Indonesia akan bebas dari buah impor. Adalah tepat menilai langkah Dahlan Iskan yang memerintahkan penanaman buah-buahan tropis di PTPN VIII berjajar dengan pohon-pohon yang sudah ada.

Tepat kiranya kalau Dahlan Iskan berujar Indonesia sebenarnya bisa panen buah tropis sepanjang tahun sebab Indonesia memiliki lahan yang luas yang bisa dimanfaatkan untuk kemandirian pasar buah tropis lokal. Apabila semua BUMN perkebunan memaksimalkan lahan yang sudah ada dengan menanam buah tropis lokal sejajar dengan pohon yang sudah ada maka tidak ada kata lain bahwa ke depan Indonesia harus bebas dari buah tropis impor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun