Sumedang adalah kota terakhir bagi kerajaan Sunda, Padjajaran. Kota yang terletak di antara Kuningan dan Majalengka ini menjadi Tempat pilihan Maharaja Sribaduga Prabu Siliwangi untuk melangsungkan estafet kepemimpinan kerajaan yang sedang di pimpinnya.
Kota yang terkenal karena makanan khas berupa Tahu Sumedang ini, adalah tempat persinggahan terakhir bagi ke empat patih/panglima Prabu Siliwangi dan sekarang menjadi kota Wisata karena sejarahnya yang unik dan melegenda.
Museum Prabu Geusan Ulun berdiri pada tahun 1973 dengan pemiliknya Yayasan Pangeran Sumedang. Museum ini terletak di tengah/pusat kota Sumedang 50 Meter dari Alun-alun ke sebelah selatan, berdampingan dengan gedung bengkok atau gedung negara dan berhadapan dengan gedung-gedung pemerintah, jarak dari Cirebon ke Sumedang 85 KM sedangkan dari Bandung 1 jam. Museum ini di kelilingi tembok yang tingginya 2,5 meter dengan luas halaman 1,88 ha dan di hiasi tanaman-tanaman dan pohon-pohon langka di sekelilingnya.
Ketika batu penobatan di ambil oleh pasukan Banten, maka mahkota Raja tidak sempat di ambil oleh pasukan tersebut, dan ke empat patih/panglima ponggawa Maharaja Sibaduga Siliwangi tersebut merasa harus menyelamatkan dan meneruskan tanduk kekuasaan Padjajaran ke pihak yang pantas untuk menerimanya yaitu Prabu Geusan ulun dan menyerahkan mahkota kerajaan kepadanya dan mahkota itu bernama mahkota bino kasih yang sekarang berada di Museum Prabu Geusan Ulun.
Selain untuk menjaga martabat kerajaan juga untuk membuktikan bahwa Kerajaan Padjajaran tidak lenyap walaupun kondisinya saat itu kalah perang. Salah satu pemicu perang tersebut adalah rasa ingin saling menguasai wilayah masing-masing.
Ke empat panglima/patih mengabdi kepada Raja Terpilih yang di tunjuk oleh Maharaja Sribaduga Prabu Siliwangi, lalu beliau (Prabu Siliwangi) di kisahkan Moksa (Tilem).
Berikut Pesona Prabu Geusan Ulun bagi Pakuan Padjajaran & Ratu Haris Baya diantaranya :