Sosok yang satu ini begitu menjadi kontroversial di bumi pertiwi saat ini, bagaimana tidak? Beliau pasti menjadi ajang perbincangan apalagi dikala ibukota memiliki problem dan persoalan yang hangat baik itu tentang banjir ataupun yang sedang ramai di perbincangkan di pemberitaan tekini.
Sosok yang kalem dan santai terlihat dari cara dia bersikap dan berbicara. Ibukota negara berada di tanganya, walaupun memang banyak persoalan yang singgah dan sudah menjadi asupan menu sehari-harinya beliau tetap adalah orang no.1 di Jakarta setelah orang no.1.di Indonesia.
Jujur, saya tidak tahu siapa beliau, hanya tahu lewat media dan pemberitaan saja. Negatif ataupun positif kembali lagi kepada kita sebagai pembaca dan pengamat dengan apa yang terjadi di negeri ini.
Ketika kita tidak bisa menyapa bahkan tidak mengenal sosok "Anies" ini maka tidak ada salahnya buku ini menjadi referensi untuk di baca.
Dalam buku ini tertulis "Indonesia butuh jembatan yang menyatukan bangsa ini, dan jembatan itu adalah Anies Baswedan." -Pandji Pragiwaksono (Penulis buku NASIONAL.IS.ME) begitu kutipan di depan cover buku ini sehingga menjadi penasaran dan pertanyaan di setiap benak orang yang hendak membaca buku tersebut.
Buku yang di tulis oleh Syafiq Basri dan terdiri dari 200 halaman ini melihat sosok ini dari berbagai sudut pandang setiap orang yang dekat ataupun hanya mengenal beliau saja, serta menceritakan bagaimana kisah seorang Anies Baswedan hingga bisa mencapai titik puncak kariernya sampai saat ini.
Pria yang lahir di Kuningan, tanggal 7 Mei 1969 ini bernama lengkap H. Anies Rasyid Baswedan S.E., M.P.P.,Ph.D., adalah seorang akademisi pendidikan di negeri tercinta ini.
Perjalanan panjang di dalam buku yang di alami sosok ini sangatlah menuai arti dalam kehidupan setiap barisnya. Dimana sosok Anies Remaja sudah berani memunculkan dirinya dalam gelombang samudera luas yang arusnya sangat kuat.
Sejak kecil saat berusia 5 tahun beliau memang sudah bersama tokoh-tokoh besar bangsa pada masanya. Sehingga pemikiran dan karakter mungkin tumbuh dengan apa yang di lihat dan di dengarnya saat itu.
Kepiawaian nya sedari kecil tampak terlihat ketika beliau menjadi juru tulis kakeknya sendiri A.R. Baswedan. Menjadi ketua OSIS saat remaja pun dengan sedikit kata-kata bijak yang di cetuskannya yaitu : "buat saya, banyak bicara, tetapi tak ada kerja, sama dengan nol".