Marvelous and exquisite!
Seperti menonton adukan Prison Break dan Now You See Me, akhirnya, terjawab sudah semua pertanyaan setelah menyelesaikan Money Heist Musim Kelima Bagian Kedua.
Tidak heran Tokyo terus menjadi penutur kisah. Sebab sementara anggota tim lain mengekori Professor seperti bocah terkesima pesulap di acara ultah, Tokyo adalah orang yang menyerahkan diri dibimbing Professor karena keyakinannya sendiri.
"Kau seperti iman bagi kami," kata Tokyo. "Iman bahwa andaipun semua usaha gagal, kami masih akan punya kau. Tak peduli seburuk apa pun situasi, bahkan jika kami telah dibuat takluk dan berlutut oleh polisi, seolah tak ada harapan tersisa, seolah kematian sudah dekat, kami masih akan tetap percaya. Karena kami tahu kami memiliki Professor."
Kematian Tokyo adalah satu hal yang patut dipuji pada Money Heist. Penggemar memang meraung, menangisi kematian Tokyo, tapi tak ragu melanjutkan langkah dengan resistansi yang sama bersama anggota yang tersisa.
Itu karena Money Heist pandai mengatur porsi hidangan. Sajian mereka lengkap dan mewah, tapi hanya secukupnya. Bukan seperti The Walking Dead yang perlahan kehilangan penggemar karena memanjang-manjangkan cerita kendati banyak karakter utama sudah lama tiada. Bahkan Prison Break sempat membuat saya sesaat bosan ketika para tokohnya, dengan tidak masuk akal, lagi-lagi harus melarikan diri dari penjara.
Di Money Heist kematian datang tak teduga. Akbar dan heroik. Ada komedi nasihat Papa Bogotta, sang ahli wanita. Segar dan bukan sesuatu yang sudah sering kita dengar dari film atau serial lain. Ada cinta manis getir milik Manila. Ada kemanusiaan berbuah persahabatan dengan Alicia Sierra. Dan ada pengkhianatan terburuk yang bisa meremukkan siapa saja.
Pada akhirnya, darah memang tidak seharusnya lebih encer daripada air.
Aksi. Romansa. Komedi. Kepemimpinan. Persahabatan. Persaudaraan.