Mohon tunggu...
Hanafi alrayyan
Hanafi alrayyan Mohon Tunggu... Penulis - Guru di sekolah

Sering menuturkan sisi-sisi kehidupan, kemudian mencoba mengambil pelajaran.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Banjarmasin Darurat Transportasi Umum

27 Mei 2018   20:55 Diperbarui: 27 Mei 2018   21:14 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: instagram.om/ansharullah_alfaruqi

Hampir setiap hari, pada jam pagi dan sore hari,  mobil dan motor pribadi berebut jalan di beberapa titik kepadatan di daerah Banjarmasin. Seperti Sultan Adam, Belitung, Simpang empat Gatot Subroto, sudimampir, Kayutangi, dan tak ketinggalan daerah penyangga seperti Handil Bakti. 

Hasilnya, kota ini setiap hari penuh semeraut dengan kemacetan. Tidak teratur. 

Dugaan sederhana dari saya adalah bahwa pemerintah belum menyiapkan angkutan transportasi massal seperti transjakarata. 

Kalau pun ada angkutan umum, paling keren hanya 'taksi kuning', itu pun dengan kondisi yang kurang nyaman. 

Angkutan umum di kota Seribu Sungai ini sangat jauh dari kata nyaman. Mobil angkot yang sudah sangat tua, tidak terawat membuat generasi milenial makin enggan untuk menggunakannya. 

Belum lagi jurusan angkot yang tidak pernah di evaluasi. Dari saya kecil (awal 2000 an) sampai sekarang (2019), rutenya tidak pernah berubah. Pal 6, Sentra Antasari, Kayutangi, Handil Bakti dan Gambut. 

Kondisi semacam ini diperparah dengan tidak siapnya sistem angkot bersaing dengan sistem transportasi online di kota Banjarmasin. 

Grab dan Gojek mendominasi. Angkot tidak siap bersaing, maka demo dan main hakim sendiri seperti penyerangan kepada driver go-car dan grab-car sangat sering dimuat beritanya di BanjarmasinPost (Anak Perusahaan Kompas Group)

Kondisi transportasi yang sangat jauh dari kata layak inilah, yang mungkin menyebabkan Banjarmasin dan Kalsel secara umum tidak siap menjadi tuan rumah PON (pekan olahraga nasional). 

semoga ramadan tahun ini, saya bisa menahan emosi di jalan ketika berangkat dan pulang kantor. Khususnya ketika pulang, warung-warung dadakan, fenomena takjil yang berlapak di bahu jalan raya, pasar wadai, semakin membuat banjarmasin sangat jauh dari kata BAIMAN, Barasih wan Nyaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun