Aktifitas melihat yang dilakukan bola mata kita sangat berpengaruh terhadap kualitas mata hati kita.
Semakin baik yang kita lihat, baca dan tonton, semakin tajam kualitas mata hati kita.
Pertanyannya Sekarang. Konten apa sering kita tonton ? bacaan apa sering kita baca ? Atau informasi apa yang kita dengar ?
Namun rupanya sekarang, untuk memperbaiki kualitas tontonan, kita perlu ekstra tenaga.
Penyebabnya ? Tayangan televisi yang didominasi acara alayers, berita yang mendukung kandidat politik tertentu, Hal-hal semacam ini membuat mata hati kita makin keruh.
Belum lagi persoalan kuantitas & kualiatas bacaan kita. Kembali, saya harus mengutip data yang dirilis oleh Program for International Student Assessment (PISA) yang menyatakan bahwa kemampuan membaca masyarakat Indonesia sangat tertinggal dengan negara-negara tetangga, seperti Singapura, Vietnam, Malaysia dan Thailand.
Informasi yang kita dengar juga memainkan peranan penting dalam proses belajar. Bayi, belajar berbahasa dari mendengar. kata yang ia dengar, langsung diulang.
Namun sayangnya, seminggu ini suara yang kita dengar adalah suara sumbang tentang informasi intimidasi dari beberapa pendukung #2019gantipresiden VS #Diasibukkerja.
Kita perlu khawatir, proses berdemoktasi semacam ini bakal ditiru oleh generasi selanjutnya.
Dari itu semua, menurut saya mata hati masyarakat Indonesia harus dipertajam lagi dengan memperbaiki kualitas tontonan, bacaan dan pendengaran yang diruang publik. Dengan tujuan mata hati kita lebih tajam, dan bersih tentunya.
Terlebih ditahun-tahun politik ini untuk menciptakan suhu politik yang sejuk dan damai. Sehingga, tahun politik 2018-2019 bisa kita lalui dengan lapang dada. Mengutip lirik *Sheila on 7*, "Kau harus bisa, bisa berlapang dada".