Mohon tunggu...
Hanafi alrayyan
Hanafi alrayyan Mohon Tunggu... Penulis - Guru di sekolah

Sering menuturkan sisi-sisi kehidupan, kemudian mencoba mengambil pelajaran.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Agama Bukan Faktor Tunggal dalam Aksi 411

18 November 2016   17:30 Diperbarui: 18 November 2016   17:43 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Sindonews.com

Aksi demo 4 November 2016 atau yang dikenal dengan singkatan 411 pada beberapa minggu terakhir diklaim sebagai  aksi bela agama, atau bela Islam.

Aksi ini diklaim sebagai aksi yang paling banyak masanya dan yang paling damai dalam catatan sejarah demokrasi di Indonesia. Kendati aksi ini dinodai dengan adanya oknum yang tidak bertanggung jawab yang melakukan tindakan anarkis terhadap pihak yang berwajib. Namun, ‘najis’ tersebut tidak menyebabkan aksi ini menjadi ‘musta’mal’, karena orang-orang yang hadir sudah melebihi kuorum dari ‘dua kullah’, sehingga aksi ini masih mampu untuk suci mensucikan.

Aksi ini sekaligus merupakan jawaban bahwa tidak semua aksi yang berbasis gerakan keagamaan selalu berujung dengan anarkis dan kekerasan seperti yang terjadi di luar negeri, khususnya Timur Tengah.

Vonis terhadap Islam sebagai agama kekerasan awal mulanya menguat ketika peristwa 9/11 2001, Taliban, dan ISIS. Fenomena ini semakin menguatkan tesis mereka kalau Islam adalah agama kekerasan. Hal ini ditambah lagi ketika krisis ekonomi belum sepenuhnya pulih di Amerika, dan kian menjadi-jadi di sebagian negara Eropa. Kaum imigran yang banyak di antara mereka pemeluk Islam menjadi sasaran kebencian kelompok yang anti berbau asing.

Adalah Karen Amstrong, seorang peneliti agama pernah bercerita dalam bukunya bahwa ia sering kali menemui pernyataan-pernyataan yang bernada sinis terhadap agama. Ada yang menyatakan; agama telah menjadi penyebab dari semua perang besar dalam narasi sejarah dunia dengan modus membela agama.

Padahal menurut Amstrong, pernyataan ini adalah pernyataan yang parsial. Sebab menurutnya, banyak faktor yang menyebabkan terjadi agenda perang besar, antara lain ideologi politik, sosial, dan material. Di antara ketiga faktor ini, yang terpenting adalah pertarungan dan perebutan sumber-sumber alam yang kian langka.

Sejalan dengan pendapat Amstrong, Tim Ahli Peneliti politik dan terorisme yang diketuai oleh Profesor Mark Juergensmeyer dari University of California Santa Barbara menyatakan bahwa agama dalam masa sekarang jarang menjadi faktor tunggal dalam aksi kekerasan dan terorisme.

Jika kita mengacu kepada dua teori di atas, maka pertanyaan selanjutnya adalah apakah aksi 411 murni atas kepentingan agama saja ?

Presiden Jokowi [4/11/2016], pada dinihari menyampaikan pidatonya yang menegaskan bahwa aksi 411 tersebut telah ditunggangi oleh kepentingan politik.

Tampaknya apa yang dinyatakan oleh presiden kebanggaan kita tersebut ada benarnya. Setidaknya ada dua alasan: Pertama, aksi 411 tersebut bertepatan dengan momen pemilihan kepada daerah [pilkada] DKI Jakarta. Alasan kedua adanya aktor-aktor politik yang bermuka dua hadir untuk setor muka kepada publik, dan kehadirannya tersebut secara tidak langsung ingin menyampaikan pesan bahwa ia peduli terhadap Islam. Bukan hanya itu, aktor-aktor politik dibelakang layarpun juga ikut memprovokasi, sebut saja misanya Presiden dua periode, pak Beye yang menyampaikan orasi politiknya beberapa hari sebelum aksi 411.

Fakta ini, menurut saya membenarkan teori yang dinyatakan oleh Amstrong dan Juergensmeyer bahwa setiap aksi atas nama agama, selalu ada kepentingan dibalik itu, agama bukan alasan tunggal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun