Satu demi satu, dalam diam kita datang
Telanjang membungkus fitrah keikhlasan
Tanpa katapun, ikhlasnya cinta tak berbilang
Karena Merah darah serahim cinta dan ikhlas terpatri
Badaimengamuk hempaskan kabar di sudut kepala
Berhamburan bisik iblis memekakkan gendang telinga
Kita lupa… kita buta… Kita kalap… mati kemanusiaan kita!
Sejak itu, kita tak lagi telanjang untuk ikhlas! aku hilang
Silih berganti kabar datang membunuh logika kita
Semesta bagai neraka, tempat dimana hati telah mati
Ketulusan, cinta dan keikhlasan hanyalah sampah
Sejak itu, kebencian berhamburan dari wajah kalian, aku hilang
Dari bibir kata-kata menggelinding bagai batu
Memutus pengertian kita tentang keikhlasan
Tenggelam dalam amarah, berkubang kebencian
Sejak itu, merah darah serahim memudar! aku hilang
Mungkin hadirku tak menanam apa-apa
Begitu juga pergiku, tak satupun yang kehilangan
Karena merah darah serahim makin memudar, aku hilang
Meski terbenam jauh di dasar ikhlas, aku tetap hilang
Hanafi Ali
Tual, 9 April 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H