Mohon tunggu...
Hanafi Izhar
Hanafi Izhar Mohon Tunggu... Lainnya - Penuntut Ilmu hingga akhir hayat

Senang ngopi dan berdiskusi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Muharram Bulan Kemenangan

17 Juli 2024   00:00 Diperbarui: 17 Juli 2024   00:01 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tidak terasa hari silih berganti, kemarin baru saja kita melaksanakan prosesi Qurban untuk mengenang kisah Nabi Ibrahim dan Isma'il as, sekarang kita diberi panjang umur untuk sampai pada bulan Muharram. Mungkin sebagian dari kita menikmati riuhnya bulan Muharram, mungkin kemarin kita melihat betapa indahnya kembang api bertabur menghiasi malam, kita lihat pula obor-obor dinyalakan menjadikan suasana semakin semarak beriringan dengan lantunan takbir yang diucapkan dengan semangat oleh masyarakat.

"Hijrah" kata mereka..

"Semangat Islami" kata mereka..

Mungkin sebagian dari kita lupa apa makna muharram, mungkin sebagian dari kita lupa bagaimana Rasul menghadapi bulan Muharram. Teringat kita kisah dari sang pandu hati (Rasul saw). Tentang bagaimana bulan tersebut menjadi bulan yang sakral, bulan penuh kemenangan.

Bukankah makna "HIJRAH" yang sesungguhnya ialah ketika Rasul dan sahabatnya melakukan persiapan sebelum hijrah ke Madinah?

Bukankah makna "SEMANGAT ISLAMI" berhasil direpresentasikan oleh Rasul dan sahabatnya ketika perang Khaibar?

Oleh karena itu, seyogyanya kita sebagai muslim dan msuslimah mengetahui dan menghayati dua peristiwa tersebut di bulan Muharram ini.

Dari masa persiapan tersebut kita dapat belajar bahwa "hijrah" tidak hanya sekedar berpindah ke tempat yang lebih baik secara konstan, namun hijrah berbicara tentang bagaimana kita dapat menjalani proses untuk menjadi lebih baik dengan segala ujiannya. Di awal bulan Muharram Rasul saw telah melakukan persiapan-persiapan untuk berpindah dari Makkah, di antaranya ialah mengutus para sahabat untuk menjalin kontak terlebih dahulu dengan penduduk Madinah. Selain itu Rasul juga mengutus penduduk Makkah secara berangsur-angsur untuk berhijrah agar terhindar dari kecurigaan kaum kafir Quraisy. Belum lagi ancaman pembunuhan terhadap Rasul oleh para pemuda kafir Quraisy menambah kengerian dan sulitnya ujian kala itu. Namun berkat keimanan dan pertolongan Allah Rasul saw berhasil melewati rintangan-rintangan tersebut.

Begitulah kiranya hijrah yang sesungguhnya, bagaimana mungkin seseorang mengaku dan teriak hijrah apabila belum datang ujian untuk mereka? Bukankah al-Qur'an berkata

"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta."

Kemudian dari kisah perang Khaibar dapat kita pahami makna "semangat islami" sesungguhnya, yakni ketika Nabi dan Sahabat-sahabat pilihan, yakni para sahabat yang hidup dan matinya hanya di dedikasikan untuk Agama tercinta. Karena hanya para sahabat yang telah mengikuti jihad di perang-perang sebelumnya lah yang boleh mengikuti perang Khaibar. Kala itu dikisahkan oleh Syaikh Shafiyurrahman dalam kitabnya Arrahiiqul Makhtum para sahabat ketika hendak melewati lembah mereka bertakbir, namun Rasul menegur mereka dan berkata:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun