Mohon tunggu...
Hana Fahma Husna
Hana Fahma Husna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya merupakan orang yang introvert, saya menemukan ketenangan dan kepuasan dalam kesendirian, namun tetap menginginkan kehadiran orang lain dalam kehidupan saya, meskipun dalam lingkungan yang lebih tenang dan terkontrol. saya menikmati kegiatan yang memungkinkan untuk berada dalam kedamaian, seperti menggambar, karena itu adalah cara ekspresi diri yang dapat saya nikmati tanpa interupsi dari keramaian eksternal. Kegiatan menggambar memberi saya kesempatan untuk merenung dan mengungkapkan diri dengan cara yang tidak memerlukan interaksi sosial yang intens.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Kekerasan terhadap Anak: Penilaian dari Data dan Budaya

19 April 2024   12:19 Diperbarui: 19 April 2024   13:20 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Data yang diambil dari situs online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) mencatat bahwa pada rentang Januari hingga November 2023 terdapat 15.120 kasus kekerasan terhadap anak, dengan 12.158 korban anak perempuan dan 4.691 korban anak laki-laki. Data ini menunjukkan bahwa kasus kekerasan terhadap anak masih menjadi isu yang serius dalam masyarakat, terutama dengan jumlah korban perempuan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah korban laki-laki. Hal ini menyoroti perlunya tindakan yang lebih efektif untuk melindungi anak-anak, terutama anak perempuan, dari kekerasan.

Budaya yang memberikan nilai lebih rendah pada perempuan dan anak perempuan dapat menyebabkan mereka rentan terhadap kekerasan. Diskriminasi gender dan stereotip yang merendahkan perempuan dapat menciptakan lingkungan di mana kekerasan terhadap perempuan dianggap lebih "wajar" atau diterima. 

Dalam budaya yang menganut pengaturan peran gender yang tradisional, perempuan sering dianggap memiliki peran yang lebih terbatas dalam masyarakat, seperti hanya sebagai ibu atau istri yang harus patuh terhadap suami dan keluarga. 

Hal ini dapat menyebabkan perempuan dianggap lebih rendah nilainya dan membuat mereka rentan terhadap eksploitasi dan kekerasan. Stereotip gender yang merendahkan perempuan sering kali menyebabkan kekerasan terhadap perempuan dianggap sebagai hal yang "wajar" atau bahkan diterima dalam masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun