Kasus diskriminasi atau pembulian di pondok pesantren bukanlah hal yang jarang terjadi lagi, seperti yang baru-baru ini terungkap melalui berita viral tentang seorang anak laki-laki yang diduga tewas akibat kekerasan oleh temannya. Meskipun pondok pesantren merupakan tempat untuk mencari ilmu agama, namun kenyataannya masih sering dijumpai kekerasan di dalamnya.
Penting untuk menyadari bahwa pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang seharusnya memberikan perlindungan, pengajaran, dan pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama serta nilai-nilai kemanusiaan. Namun, realitas menunjukkan bahwa beberapa pesantren belum mampu menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif bagi para santri.
Faktor-faktor seperti kurangnya pengawasan, ketidakseimbangan kekuasaan, dan kurangnya pemahaman tentang martabat dan hak asasi manusia dapat menyebabkan diskriminasi atau pembulian di pondok pesantren. Oleh karena itu, semua pihak, termasuk pengasuh, guru, orangtua, dan masyarakat, harus bekerja sama untuk membuat pondok pesantren menjadi tempat yang aman dan inklusif bagi semua siswa. Ini bisa dilakukan dengan menerapkan kebijakan ketat terhadap kekerasan, memberikan pendidikan tentang hak asasi manusia dan kesetaraan gender, serta membentuk komunitas yang peduli terhadap kesejahteraan semua orang di pondok pesantren.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H