Mohon tunggu...
Hana Fahma Husna
Hana Fahma Husna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya merupakan orang yang introvert, saya menemukan ketenangan dan kepuasan dalam kesendirian, namun tetap menginginkan kehadiran orang lain dalam kehidupan saya, meskipun dalam lingkungan yang lebih tenang dan terkontrol. saya menikmati kegiatan yang memungkinkan untuk berada dalam kedamaian, seperti menggambar, karena itu adalah cara ekspresi diri yang dapat saya nikmati tanpa interupsi dari keramaian eksternal. Kegiatan menggambar memberi saya kesempatan untuk merenung dan mengungkapkan diri dengan cara yang tidak memerlukan interaksi sosial yang intens.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Faktor Perspektif Gender dan Diskriminasi Menjadi Penyebab Banyaknya Perempuan daripada Laki-laki yang Mondok di Pesantren

26 Februari 2024   18:26 Diperbarui: 26 Februari 2024   18:28 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Di zaman sekarang jumlah persentase perempuan yang mondok lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah perspektif gender dalam masyarakat, di mana perempuan cenderung lebih sering diarahkan ke pondok pesantren untuk pendidikan agama, sedangkan laki-laki mungkin lebih cenderung untuk mengejar pendidikan umum atau karir tertentu. 

Ketidakseimbangan jumlah perempuan dan laki-laki yang mondok di pesantren menjadi penyebab adanya diskriminasi di sana, karena pesantren dianggap sebagai lingkungan yang aman bagi perempuan dari pergaulan bebas. Perempuan, sesuai dengan identitas gender mereka, merasa lebih cocok berada di lingkungan pondok pesantren daripada laki-laki. 

Oleh karena itu, perbandingan jumlah perempuan yang mondok dengan jumlah laki-laki yang mondok yang tidak seimbang merupakan indikasi ketidaksetaraan gender di pondok pesantren. 

Salah satu contoh yang sering terjadi adalah anak perempuan mengalami diskriminasi dan perlakuan tidak adil dalam konteks pendidikan formal, khususnya terkait dengan isu pelecehan seksual atau diskriminasi gender. 

Hal ini dapat mendorong orang tua untuk lebih memilih untuk mengirim anak perempuan mereka ke pondok pesantren, di mana mereka berharap anak perempuan akan mendapat perlindungan yang lebih besar dan lingkungan yang lebih aman.

Semua faktor-faktor tersebut mengungkapkan adanya kesenjangan gender di pondok pesantren, di mana perempuan mendominasi lingkungan pondok pesantren, sementara laki-laki mendominasi dalam urusan yang berkaitan dengan kehidupan publik. Fenomena ini memperkuat stereotip bahwa kehidupan publik cenderung dianggap sebagai ranah maskulin, sementara urusan domestik, khususnya dalam konteks keluarga, dianggap sebagai wilayah perempuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun