Sebenarnya, jauh sebelum formalitas lembaga-lembaga dalam penanganan urgensi bahasa ini, patut disadarai bahwa di tengah iklim masyarakat Jawa Barat yang multikultural juga multibahasa, terkadang bahasa Sunda sudah tak lagi menjadi bahasa Ibu mereka.
Jika kemudian di sekolah diajarkan bahasa Sunda seolah-olah mengasumsikan semua pelajar yang tinggal di Jawa Barat bisa berbahasa Sunda, maka yang tercantum dalam kurikulum hanyalah formalitas semata. Harus ada langkah nyata dari pemerintah untuk merubah kurikulum bahasa Sunda seperti kurikulum bahasa asing. Hal ini tidak perlu diherankan melihat fakta kebanyakan orang Sunda tidak memiliki bahasa Sunda sebagai bahasa Ibunya.
Semua usaha tersebut tidak akan ada artinya jika tidak ada kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Bahasa adalah bentuk ekspresi dan adiwarna budaya setiap manusia  yang akan berbeda-beda setiap daerahnya. Tidak seperti ilmu-ilmu eksak, pembelajaran Bahasa tidak bisa dipaksakan. Kecintaan dan kesadaran akan pentingnya  bahasa Ibu harus ditanamkan sejak lahir untuk menjaga kelestariannya. Karena bahasa daerah tak hanya bersaing dengan bahasa asing, tetapi juga dengan bahasa Indonesia. Jangan sampai lahir dan terancam punah di tanah kelahirannya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H