Di dunia yang semakin digital, media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Dari berbagi informasi, berinteraksi dengan orang lain, hingga hiburan, media sosial telah mengubah cara kita berkomunikasi dan berinteraksi. Namun di balik manfaat besarnya terdapat pertanyaan penting yang perlu kita jawab , "Kapan saatnya kita berhenti scroll dan mulai hidup?" Pertanyaan ini mencerminkan meningkatnya kesadaran akan dampak negatif media akibat penggunaan sosial yang berlebihan. Banyak orang menyadari bahwa meskipun media sosial menawarkan banyak kemudahan, media sosial juga dapat mengganggu dan menimbulkan kecemasan dan stres jika digunakan secara tidak terkendali.
Saat ini kita sering terjebak dalam kebiasaan scrolling tanpa henti. Hal ini tidak hanya membuang-buang waktu, namun dapat mempengaruhi kualitas hidup kita secara keseluruhan. Kebiasaan scrolling yang tampaknya tidak berbahaya ini membuat kita merasa puas dan produktif selama berjam-jam setiap hari. Alih-alih menerima informasi berguna atau membangun hubungan yang lebih dalam, kita malah terseret ke dunia yang tidak realistis dan sering kali membandingkan hidup kita dengan kehidupan orang lain.
Di media sosial, kita hanya melihat sebagian kecil dari kehidupan orang lain yang seringkali menunjukkan versi terbaik seseorang. Gambaran tentang kebahagiaan, kesuksesan, dan kehidupan yang sempurna sering kali menipu kita untuk percaya bahwa orang lain lebih baik daripada kita. Perbandingan ini dapat menimbulkan perasaan rendah diri, dan ketidakpuasan. Bukannya merasa terhubung dengan orang lain, kita malah merasa semakin jauh dari kehidupan yang kita inginkan.
Kebiasaan scrolling berlebihan, sering kali membuat kita lupa bahwa masih banyak hal yang lebih berharga. Jika kita terlalu fokus pada layar, kita akan kehilangan momen interaksi berharga dengan orang-orang di sekitar. Berbicara tatap muka, tertawa bersama teman, atau sekadar berbagi waktu bersama keluarga bisa menghadirkan kebahagiaan yang jauh lebih dalam dibandingkan dunia maya.
Media sosial membantu kita menjaga hubungan, namun kita sering melupakan pentingnya hubungan sosial yang lebih nyata. Daripada menghabiskan waktu berharga bersama orang-orang terdekat, kita lebih memilih berinteraksi dengan orang asing di dunia maya. Momen berharga yang seharusnya kita nikmati dalam kehidupan nyata terkadang bisa dengan mudah hilang dan tergantikan oleh arus informasi yang tiada habisnya.
Lalu, bagaimana cara mengetahui kapan waktunya berhenti sejenak dan menjalani kehidupan di dunia nyata?Â
Pertama, Menurunnya Konsentrasi dan Produktivitas: Ketika waktu yang dihabiskan di media sosial, bekerja, belajar, atau hal lainnya mempengaruhi komitmen kita, itu adalah sinyal bahwa kita perlu istirahat. Seringkali kita merasa "terjebak" saat melakukan scrolling tanpa tujuan yang jelas, dan waktu berlalu begitu saja tanpa kita merasa produktif. Kedua, Kecemasan Berlebihan: Jika kita merasa cemas, gelisah, atau khawatir dengan apa yang terjadi di media sosial (seperti takut ketinggalan atau merasa harus online terus-menerus), ini mungkin menandakan bahwa kita mungkin terlalu mengandalkan Sosial Media. Ketiga, Merasa terisolasi: Media sosial dirancang untuk menghubungkan kita dengan orang lain, namun menggunakannya secara berlebihan dapat membuat kita merasa semakin terisolasi. Hubungan sosial bisa terganggu jika kita lebih banyak berinteraksi dengan orang yang Anda temui secara virtual dibandingkan dengan orang di sekitar kita. Keempat, Merasa diri kita tidak cukup baik: Ketika media sosial mulai menimbulkan perasaan rendah diri, atau perasaan bahwa hidup kita tidak menarik atau cukup sukses dibandingkan dengan orang lain, itu adalah diri kita sendiri terlalu fokus pada sosial yang tidak sehat.
Untuk mengurangi waktu yang kita habiskan di media sosial, kita bisa memulainya dengan langkah-langkah berikut:
Pertama, Tetapkan batas waktu, tetapkan batas waktu media sosial. Cobalah aplikasi pelacak waktu yang memungkinkan Kita melihat berapa banyak waktu yang kita habiskan di platform media sosial setiap hari. Kemudian atur pengingat untuk mengurangi waktu pemakaian perangkat. Kedua, Matikan notifikasi, notifikasi yang terus menerus bisa sangat mengganggu dan mengganggu konsentrasi. Mematikan notifikasi mengurangi keinginan untuk terus-menerus membuka aplikasi media sosial dan memungkinkan kita fokus pada hal yang lebih penting. Ketiga, Cari Aktivitas Alternatif, salah satu cara terbaik untuk mengurangi ketergantungan terhadap media sosial adalah dengan menggantinya dengan aktivitas lain yang lebih bermanfaat, seperti: berolahraga, membaca buku, melakukan seni, atau bahkan mencoba hobi baru.Â
Dengan menghabiskan lebih sedikit waktu di media sosial dan berfokus pada pengalaman dunia nyata, kita tidak hanya meningkatkan kualitas hidup, tetapi juga membangun hubungan yang lebih kuat dengan orang-orang di sekitar kita. Media sosial sering kali membuat kita terjebak dalam dunia yang penuh ilusi, sementara kehidupan yang sesungguhnya yang penuh dengan momen berharga dan kebersamaan terjadi di luar sana. Saat kita memberi diri kita ruang untuk berhenti sejenak, menikmati detik-detik sederhana, kita bisa merasakan kebahagiaan yang lebih murni. Kebahagiaan sering kali tidak datang dari pencapaian atau pengakuan sosial, tetapi dari hal-hal kecil yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Momen berharga ini adalah bagian dari hidup yang lebih memuaskan, di mana kita bisa merasakan kedamaian, rasa syukur, dan kebahagiaan hanya dengan menghirup udara segar dari dunia nyata. Dunia nyata memiliki begitu banyak hal untuk ditawarkan dan sering kali, kebahagiaan sejati datang ketika kita berhenti untuk menikmatinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H