Mohon tunggu...
Hana Alodianda
Hana Alodianda Mohon Tunggu... -

State University of Jakarta. Faculty of Educational Science.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

'Reviewing' Beberapa Poin Permasalahan Kurikulum 2013

23 Agustus 2014   09:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:47 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tugas MPA FIP UNJ 2014

Nama : Hana Alodianada

NIM : 1215140032

Jurusan : Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Salah satu pro dan kontra yang sedang ramai dibicarakan saat ini adalah Kurikulum 2013. Mungkin bagi sebagian orang, Kurikulum 2013 masih belum dipahami atau bahkan belum mengetahui sedikit pun. Padahal kurikulum ini sudah berjalan sejak tahun ajaran 2013/2014.

Apa yang dimaksud dengan kurikulum? Seperti yang telah dijabarkan oleh wikipedia berbahasa Indonesia,


“Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan”

Singkatnya, kurikulum adalah sebuah aturan atau sistem pembelajaran dimana suatu kegiatan belajar mengajar (KBM) harus berjalan diiringi dengan aturan atau sistem tersebut. Lalu bagaimana dengan kurikulum yang ada di Indonesia?

Sebelum berganti menjadi Kurikulum 2013, kurikulum yang dipakai Indonesia adalah Kurikulum 2006 yang biasa kita ketahui dengan sebutan KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Namun, seiring dengan kemajuan zaman kurikulum pun sudah sepantasnya diperbaharui dan disempurnakan kekurangannya. Sejak era Orde Baru, Indonesia telah mengganti kurikulum sebanyak 6 kali dan Kurikulum 2013 ini menjadi yang ke-7 kalinya.

Kurikulum 2013 memiliki sebutan lain pula, yakni Pendidikan Berbasis Karakter, dimana yang diutamakan saat ini adalah aspek keterampilan. Aspek lain yang terdapat didalam kurikulum 2013 adalah pengetahuan dan sikap. Ada yang mengganjal saat mengetahui aspek keterampilan menjadi poin penting dalam pendidikan Indonesia saat ini. Bukan menyalahkan, hanya saja ada yang perlu diperbaiki. Mengapa? Keterampilan tak berarti apa-apa tanpa pengetahuan. Pun pengetahuan tidak berarti apa-apa tanpa jika tidak terampil.

Selain itu, hadirnya Kurikulum 2013 seakan mengancam waktu refreshing siswa. Ini bisa tergambar dari jumlah pelajaran siswa yang 70% adalah penekanan pada pengembangan otak kiri. Pengembangan otak kanan yang hanya 30% dirasa sangat kurang. Hal ini saya simpulkan dari online news Tempo yang mengutip ucapan pemerhati anak atau biasa dikenal Kak Seto. Beliau mengatakan bahwa pelajaran yang mengaktifkan otak kanan, perlu mengimbangi. Bahkan beliau juga menyampaikan bahwa pendidikan karakter yang ada pada kurikulum 2013 masih kurang. Karena, dalam pelajaran yang mengktifkan otak kanan seperti berbagai macam yang bersangkutan dengan seni dan olahraga dipercaya akan membuat anak lebih mengenal kerja keras, menguasai atau mengontrol diri, dan lebih membentuk karakter siswa. Bahkan Kak Seto menambahkan, kurangnya pengaktifan otak kanan seperti itu bisa mencetak anak-anak psikopat dikarenakan merasa frustasi dan si otak kanan akan tertekan karena ketidak seimbangan dengan otak kiri.

Saya tidak menentang perubahan KTSP menjadi Pendidikan Berbasis Karakter. Hanya saja perlu pengkajian ulang lalu diperbaiki sehingga dapat meminimalisir pihak yang kontra terhadap kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter. Salah satunya pengadaan kembali pelajaran TIK agar para siswa tidak hanya sekedar bersenang-senang menggunakan teknologi, mempermainkan informasi, dan meremehkan komunikasi. Aspek pengetahuan dan keterampilan dapat disama ratakan. Sehingga otak kanan siswa dapat berkembang tanpa harus tertekan beban otak kiri. Belajar di luar lingkungan sekolah pun dapat diterapkan. Bukan dalam arti study tour saja yang memakan banyak biaya. Lagi pula study tour tidak harus pergi ke luar kota. Mengeksplor sejarah suatu daerah atau bangunan misalnya, dapat mengobati sedikit rasa jenuh siswa belajar dikelas dengan buku-buku tebal yang berisi banyak ketikan. Sehingga mengurangi potensi kefrustasian siswa dan menutup kemungkinan munculnya generasi psikopat.

Sumber :

http://www.tempo.co/read/news/2014/08/22/079601550/Kurikulum-2013-Cetak-Calon-Psikopat

http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_2013

http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun