Pasti sudah tidak asing dengan sebutan QRIS ketika ingin melakukan pembayaran. Berdasarkan laman resmi Bank Indonesia, QRIS atau Quick Response Code Indonesian adalah penyatuan berbagai macam QR dari berbagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) menggunakan QR Code. QRIS menjadi terobosan Bank Indonesia bersama dengan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI). QRIS diciptakan untuk mengintegrasikan berbagai metode pembayaran digital di Indonesia menjadi satu menggunakan QR code. Hal ini berarti meskipun konsumen menggunakan berbagai aplikasi pembayaran digital, namun pihak penjual hanya perlu menyediakan 1 kode QR saja.
Perkembangan QRIS di Indonesia melalui berbagai proses transformatif hingga sampai pada tahap penggunaan masif seperti saat ini. QRIS menjadi pilihan ideal karena menawarkan kemudahan, kecepatan, dan keamanan dalam transaksi digital. Hal ini sangat relevan dengan era digital sekarang, ketika kemudahan, kecepatan, dan keamanan dalam bertransaksi menjadi prioritas utama bagi konsumen. Berkaca pada survey yang dilakukan oleh Populix berjudul “Understanding QRIS Usage and Its Impact on Daily Transaction” mendapat hasil 73% konsumen lebih memilih menggunakan QRIS untuk transaksi sehari-hari, mencerminkan adopsi yang luas dan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem pembyayaran digital ini.
Selain menawarkan kemudahan, QRIS menjadi momentum untuk berkontribusi pada inklusi keuangan di Indonesia, terutama untuk mendukung digitalisasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah atau yang biasa disingkat menjadi UMKM. UMKM di Indonesia merupakan pilar penting dalam perekonomian dengan kontribusi yang signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan penyerapan tenaga kerja. QRIS telah meghasilkan hal positif di mana banyak UMKM yang berhasil mengimplementasikan sistem ini dalam kegiatan sehari-hari mereka.
Tetapi, seperti halnya penerapan teknologi baru lainnya, penerapan QRIS di Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan terutama bagi UMKM di pedesaan.
Tantangan yang Dihadapi UMKM di Pedesaan
Keterbatasan Infrastruktur Teknologi
Daerah pedesaan sering kali berjuang dalam menghadapi keterbatasan infrastruktur teknologi seperti koneksi internet yang tidak stabil dan penetrasi smartphone yang rendah. Hal ini membuat proses transaksi digital sulit dilakukan dan mempengaruhi efektivitas penggunaannya. Bagaimana mungkin sebuah bisnis diharapkan dapat mengadopsi transaksi digital tanpa akses internet yang stabil? Mungkin pertanyaan itulah yang sering terlintas dipikiran para UMKM di pedesaan. Jika jaringan tidak stabil, maka transaksi menggunakan QRIS dapat gagal atau lambat diselesaikan sehingga menimbulkan beban baik bagi pembeli maupun penjual.
Selain itu keterbatasan software yang tersedia membuat instalasi dan penggunaan aplikasi dompet digital yang diperlukan untuk QRIS menjadi sulit. Hal ini tentu menghambat masyarakat pedesaan untuk beralih ke transaksi digital.
Kurangnya Literasi Finansial Digital
Ketika berbicara mengenai sebuah adopsi teknologi, tidak hanya tentang alat, namun juga tentang pengetahuan dan keterampilan. Umumnya masyarakat pedesaan memiliki tingkat literasi keungan yang relatif lebih rendah dibandingkan masyarakat kota. Hal ini tercermin dari kurangnya pemahaman tentang teknologi transaksi digital termasuk QRIS. Mulai dari ketidakpahaman cara menggunaan QR, prosedur transaksi, serta keamanan data membuat UMKM khawatir untuk mengadopsi teknologi ini. Tentu saja hal ini menunjukan perlunya edukasi yang lebih mendalam dan berkelanjutan mengenai literasi finansial digital. Dengan edukasi yang intensif, diharapkan para pelaku UMKM dapat lebih sadar dan terampil guna mengadopsi QRIS untuk usahanya.
Biaya Administrasi
Biaya administrasi juga menjadi salah satu faktor yang membuat para pelaku UMKM di pedesaan enggan untuk mengadopsi QRIS bagi usahanya. Tentu saja biaya ini akan memberatkan margin laba UMKM, terutama bagi mereka yang memang menetapkan margin laba yang tipis.
Tentu tidak berhenti sampai di situ, solusi demi solusi terus dikembangkan oleh beberapa pihak terkait.
Solusi dari Tantangan yang Dihadapi UMKM di Pedesaan
Peningkatan Akses Infrastruktur
Pemerintah telah berupaya meningkatkan akses infrastruktur terutama di daeran pedesaan dengan memperluas jaringan internet yang merata. Perluasan ini bertujuan agar teknologi pembayaran digital seperti QRIS dapat segera dimanfaatkan oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Dengan jaringan internet yang lebih baik, tentu mereka dapat memanfaatkan QRIS tanpa harus khawatir akan kendala teknis.
Program Edukasi dan Sosialisasi
Untuk mendukung program ini dibutuhkan, pemerintah dibantu beberapa pihak terkait telah melaksanakan pelatihan dan workshop terutama bagi para pelaku UMKM di pedesaan. Program tersebut mencakup panduan langkah demi langkah cara menggunakan QRIS, penjelasan manfaat yang akan didapat dari segi bisnis, serta bagaimana menjaga keamanan transaksi digital. Dengan diadakannya program ini, diharapkan pelaku UMKM akan lebih percaya diri dalam mengadopsi QRIS sebagai metose pembayaran yang mudah dan efisien.
Penyesuaian Biaya Administrasi
Mulai 1 Desember 2024, Bank Indonesia (BI) akan menerapkan biaya Merchant Discount Rate (MDR) QRIS 0 persen untuk transaksi hingga Rp500.000 pada merchant UMKM. Dengan dihapusnya biaya transaksi, UMKM dapat meningkatkan margin keuntungan secara langsung, karena seluruh nilai transaksi akan diterima tanpa potongan sedikit pun. Tentu hal ini memberikan dorongan bagi pelaku UMKM terutama di pedesaan unttuk mengadopsi QRIS. Selain itu, penghapusan biaya ini memungkinkan UMKM untuk menawarkan harga yang lebih kompetitif sehingga dapat meningkatkan daya saing mereka di pasar.
Penerapan QRIS bagi UMKM dipedesaan merupakan langkah penting menuju sistem pembayaran yang lebih efisien dan inklusif, meskipun beberapa tantangan masih dirasakan, solusi kolaboratif antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dapat membantu mengatasi tantangan yang ada. Dengan pengadopsian QRIS tidak hanya mendapat akses ke sistem pembayaran yang lebih aman dan cepat, tetapi juga mendapat meniningkatkan daya saing merek di pasar yang semakin digital. Inovasi ini tentu saja memberikan kesempatan bagi UMKM untuk menjangkau dengan konsumen yang lebih luas dan menggunakan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usaha mereka.
Oleh sebab itu, kolaborasi dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk memastikaan bahwa QRIS menjadi alat pemberdayaan ekonomi bagi UMKM di pedesaan, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi lebih besar terhdapat pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H