Hal itu diketahui karena Mahalini menjalani proses mepamit sebelum melangsungkan pernikahan dengan kekasihnya, Rizky Febian. Proses mepamit dilakukan secara adat yang diadakan di kediamannya, Banjar Aseman Kawan, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali, Minggu (5/5/2024). "Acara (adat) Bali-nya dulu, 5 Mei nanti," ungkap salah satu kerabat Mahalini saat dikonfirmasi detikBali, Senin (29/4/2024). Seusai proses mepamit di Bali, Mahalini akan melangsungkan prosesi pernikahan yang berlanjut di Jakarta. "Beberapa harinya lanjut di Jakarta," imbuh kerabat Mahalini tersebut.
Prosesi mepamit ini, terlaksana sebagai izin Mahalini kepada kepada leluhur dan keluarganya, karena akan meninggalkan agamanya untuk menikah dengan orang yang beragama Islam, yang kemudian setelah menikah ia akan menjadi tanggung jawab sang suami. Â Dalam pertemuan sakral ini, kedua belah pihak keluarga membicarakan tentang penerimaan. Keluarga lelaki datang meminta dengan cara terhormat, lalu pihak perempuan, secara tegas dan jelas, menerima keputusan yang telah diambil oleh anak gadisnya.
Dari kejadian tersebut dapat disimpulkan bahwa pernikahan memang bukan hanya soal cinta dua orang semata, namun di dalamnya membahas tentang komitmen serta janji untuk saling menerima dan toleransi atas kekurangan pasangan. Pernikahan juga bukan hanya untuk menyatukan dua insan, namun dua keluarga. Seperti kisah Rizky Febian dan Mahalini, menyatukan dua agama, dua adat, intinya dua perbedaan yang sangat mencolok . Namun, semuanya akan terasa nyaman dipandang, jika kedua belah pihak sudah paham dengan konsep kesalingan. Salah satunya, mengalah untuk menghapus perbedaan yang ada.
Dalam Teori Socrates, manusia merupakan makhluk yang dapat mengenal, yang harus mengatur tingkah lakunya sendiri dan yang hidup di dalam masyarakat. Tujuan tertinggi kehidupan manusia adalah membuat jiwanya menjadi sebaik mungkin, karena jiwa (psikhe) merupakan intisari kepribadian manusia. Tujuan kehidupan manusia adalah kebahagiaan (eudaemonia). Maka ketika seseorang memilih untuk pindah agama untuk melangsungkan pernikahan, diharapkan menemukan titik temu pasangan yang baik.Â
Alasannya? Pasangan yang baik dapat membawa kebahagiaan dalam pernikahan karena bisa memberikan persahabatan, dukungan, dan cinta. Memilih pasangan yang baik membutuhkan pertimbangan dan penilaian yang jeli, yang menyuburkan pernikahan bahagia nan memuaskan. Pasangan yang baik dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan perkembangan pribadi. Bagaimanapun caranya, menikahlah, kalau dapat pasangan yang baik, maka kamu bahagia; kalau tidak, ya perbaiki, pesan sang filsuf sambil nginang kebijaksanaan.
Referensi
Sumarno, Kismiyati El, Ninis Agustini. (2000). Filsafat dan Etika Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Pernikahan Mahalini dan Rizky Febian: Bukti Kesalingan Mampu Menyatukan Perbedaan. Diakses Pada 14 Mei 2024:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H