Kota Gresik dikenal dengan julukan kota Santri sebab di kota ini terdapat banyak sekali pondok pesantren serta sekolah-sekolah yang bernuansa Islam.Â
Di kota ini pula terdapat berbagai tempat wisata religi serti makam para Wali Songo yaitu makam Sunan Giri serta makam Sunan Maulana Malik Ibrahim. Selain dua makam Wali Songo yang sudah sangat terkenal tersebut masih terdapat beberapa makam Waliyullah lain di kota ini, salah satunya adalah makam Raden Santri.
Raden Santri Sayyid Ali Murtadlo merupakan putra dari Syaikh Ibrahim Asmoroqondi bin Jamaluddin Al-Akbar (Syaikh Jumadil Kubro) dan Ratna Dyah Siti Asmara (Dewi Condrowulan). Ibu dari Raden santri merupakan putri dari Raja Champa, Kuntoro. Beliau juga merupakan kaka dari Sunan Ampel (Raden Rahmat), sepupu dari Syekh Maulana Malik Ibrahim dan kakek dari Sunan Kudus (Ja'far Shodiq).
Raden Santri memiliki beberapa nama lain yaitu: 1) Dian Santri Ali; 2) Raja Pandita Wunut; 3) Raja/Raden Pandita Bima; 4) Raden Samat; 5) Rade Atmaja; 6) Ngali Murtala; 7) Ali Hutomo; 8) Ali Musada; serta 9) Sunan Gresik.Â
Dalam pendidikan di bidang ilmu Syariat serta Tasawuf Raden Santri bersama dengan saudara misan nya Abu Hurairah serta adiknya Raden Rahmat belajar atau dididik oleh Ibrahim Asmoroqondi. Dalam aktivitas dakwahnya beliau dengan ayahnya serta Raden Rahmat dan Abu Hurairah menuju tanah Jawa (Majapahit) sekitar tahun 1362 S/1440 M dengan tujuan untuk menemui adik dari ibu beliau yaitu Dwarawati yang merupakan permaisuri dari raja Majapahit yaitu Sri Kertawijaya/ Prabu Brawijaya V. Dalam perjalanan tersebut Ibrahim Asmoroqondi atau ayah dari Raden Santri wafat dan kemudian dimakamkan di desa Gisik Harjo Tuban.Â
Setelah wafatnya ayah dari Raden Santri beliau tetap melanjutkan perjalanannya bersama dengan Raden Rahmat dan Abi Hurairah. Setelah menetap kurang lebih satu tahun di Majapahit bersama budenya, ketiga orang tersebut ingin kembali ke Champa. Namun ternyata negara Champa tersebut telah dikuasai oleh Raja Koci yang bernama Pelbagu. Dan atas saran dari Raja Brawijaya mereka menetap di Majapahit kemudian mereka dinikahkan dengan putri-putri Aryo Tejo Tuban serta diberi kedudukan.Â
Raden Santri menikah dengan Dyah Retno Maningrum, beliau diberi kedudukan sebagai imam di Gresik (berpusat di wilayah Wunut) serta diangkat sebagai Syahbandar pelabuhan Gresik pada tahun 1419 M menggantikan Syekh Maulana Malik Ibrahim yang telah wafat.Â
Raden Santri juga memiliki peran dalam pelestarian lingkungan di kota Gresik dimana beliau menanam pohon wunut dimana pohon tersebut mudah tumbuh di daerah kering serta berbukit dimana sesuai dengan keadaan geografis kota Gresik serta memiliki banyak manfaat diantaranya yaitu, daun dan buahnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, kayunya dimanfaatkan sebagai kayu bakar, pohon tersebut juga dapat dijadikan sebagai tempat berteduh, reklamasi lahan gundul atau krisis, serta pelindung tanah miring dari erosi.Â
Dari banyaknya manfaat dari pohon wunut tersebut, nama Wunut sempat dijadikan nama sebagai nama wilayah dimana wilayah tersebut sekarang berubah nama menjadi Bedilan. di desa Bedilan ini lah Raden Santri dimakamkan, beliau wafat pada tahun 1317 Saka/ 1449 M. Makam beliau merupakan makam Islam yang tepatnya berada di jalan Raden Santri, berjarak sekitar 100 meter sebelah utara dari alun-alun kota Gresik. Makam Raden Santri ini tidak jarang dikunjungi oleh para peziarah.Â
Seperti itulah biografi singkat dari Raden Santri yang merupakan salah satu Waliyullah di luar Wali Songo yang mana beliau juga memiliki peran dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.Â
Biografi Umum