Probolinggo merupakan salah satu kota yang ada di Indonesia, yang dulunya hanyalah kota pesisir kecil, telah berkembang menjadi kota yang padat akan penduduk.Â
Dari tahun 1970-2000 tercatat kenaikan penduduk kota dari 20% menjadi 40%. Ini merupakan gejala yang serius dibandingkan dengan kapasitas kota dalam penyediaan tampat tinggal, hingga fasilitas yang memadahi.Â
Menurut data PUPR tahun 2015, masih ada sekitar 13 juta KK yang masih belum memiliki rumah dengan status hak milik. Dan sekitar 8,5 juta hanya hidup menumpang.
Pertumbuhan penduduk harusnya berbanding lurus dengan adanya daya tampung pemukiman. Tetapi fakta mengatakan, masih banyak warga yang tidak mendapatkan perumahan atau pemukiman dengan fasilitas yang memadahi dan kayak huni.Â
Ekonomi merupakan faktor utama pendorong urbanisasi di Indonesia. Adanya golongan miskin dan kaya, harusnya mulai menyadarkan pemerintah betapa pentingnya perumahan yang layak huni dengan harga yang cukup untuk dijangkau bagi kalangan menengah kebawah.
Permasalah permasalahan ini telah terjadi di beberapa kota di Indonesia, contohnya Probolinggo. Kota kecil yang sangat bermakna bagi saya, lahir dan tumbuh 18 tahun disini membuat saya sadar akan beberapa masalah yang terjadi seiring berjalannya waktu. Saya mulai mengevaluasi dan memahami apa yang saya lihat. Bisa kita tarik contoh, daerah sekitar perumahan dimana saya tinggal.
Tepat di depan pintu masuk perumahan dimana saya tinggal, terdapat daerah yang mana bisa dikatakan slum area. Slum area merupakan daerah yang sifatnya kumuh tidak beraturan yang terdapat di tengah maupun pinggir kota. Rumah mereka di bangun tepat di pinggir sungai, dan satu satunya jalan yang bisa menghubungkan daerah mereka dengan jalan raya hanyalah jembatan kayu.Â
Saya bisa mengatakan daerah tersebut daerah slum, karna mereka membangun rumah dengan keadaan yang tidak beraturan, dan terkadang mereka juga mandi dan buang air kecil ataupun besar di sungai yang kotor. Terkadang daerah tersebut juga meresahkan warga, seperti yang saya katakana tadi, bahwa mereka buang air kecil dan besar di sungai, yang mana sungai tersebut juga berada dipinggir jalan raya dan semua orang yang lewat bisa melihatnya. Bisa dikatakan daerah slum area dekat perumahan saya ini, masih ada di tengah kota .
Slum area sangatlah miskin fasilitas dan pastinya dihuni oleh para pekerja dari berbagai jenis pekerjaan. Kualitas lingkungan pada daerah ini pun relatif buruk, sehingga para warga yang hidup disana mudah untuk terjangkit berbagai penyakit, dan pastinya berbagai permasalahan sosial dan kemiskinan akan terjadi, serta permasalahan pertanahan.
Slum area timbul karna adanya kesenjangan ekonomi bagi beberapa warga golongan menengah kebawah yang tidak bisa mendapatkan rumah yang layak huni dan terjangkau. Karna semakin kesini, lahan akan semakin terbatas tetapi nilai jual beli lahan semakin meningkat. Dan pastinya membangun rumah secara sembarangan atau semi permanen akan merusak tatanan kota.
Harusnya dengan adanya permasalahan yang seperti ini, pemerintah harus mengutamakan perumahan yang layak huni (sesuai syarat rumah sehat) dengan harga yang terjangkau, dan pemerintah bisa membangun RUSUNAWA. Karna jika tidak, kehidupan masyarakat dengan ekonomi yang tidak beruntung akan terancam seiring berjalannya waktu. Tetapi sejauh yang saya lihat, pemerintah di Kota saya sudah membangun 2 RUSUNAWA, untuk mengutamakan perumahan yang layak huni dengan harga terjangkau belum bisa terlaksana.Â