Warna Warni Hati Seorang Muslim
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه
Wahai temen temen yang budiman. Hati itu merupakan segumpal daging yang ada di bagian atas rongga perut sebelah kanan. Ia daging yang tak bertulang, mudah sekali terkena penyakit. Ia membimbing langkang perjalanan hidup seorang insan. Gerak-gerik, tindak-tanduk dan prilaku seorang insan ditentukan dan dibimbing olehnya. Semua yang dikeluarkan dan dihasilkan manusia merupakan cerminan dari hati manusia.
Dia bagaikan cermin yang memberikan bayangan kepada orang yang bercermin. Apabila cermin itu dipelihara, dirawat dan dibersihkan setiap waktu, maka akan memberikan bayangan yang serupa dan bahkan sama dengan bentuk asli orang yang bercermin. Lain halnya apabila cermin itu tidak pernah dipelihara, dijaga, dirawat dan dibersihkan setiap saat, maka akan timbul bintik-bintik hitam, debu-debu banyak yang menempel di muka cerminnya, bahkan akan pecah bila terkena barang-barang yang keras. Dengan tidak dipeliharanya cermin tersebut maka akan memberikan bayangan yang tidak jelas bagaimana bentuk dan rupa asli orang yang bercermin.
Begitu pula hati yang ada didalam diri manusia, apabila selalu dipelihara, dijaga dan dirawat akan menimbulkan hati yang sehat, hati yang selamat. Lebih dari itu hati yang selamat akan membawa hati menjadi hati yang becahaya (qolbun miniyrun) didalam jiwa manusia yang tenang yaitu bertempat di nafsul mutmainnah. Dan apabila hati itu tidak dijaga dan dipelihara akan menimbulkan hati yang berbintik-bintik hitam hingga berkarat susah dibersihkan dan bahkan sampai hati menjadi hitam dan pada akhirnya sulit mendapatkan hidayah dan taufiq dari Allah SWT. Hati yang salim akan mudah memahami dan menyerap pelajaran, mudah untuk selalu berbuat kebaikan, rasa tolong menolong timbul lebih besar kepada sesama. Didalam hati yang salim terdapat insan yang baik, didalam hati yang kotor dan rusak maka kotorlah semua jasadnya.
Disamping itu, sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu Jauzi. Beliau membagi hati menjadi tiga : Qolbun Mayyit (hati yang mati), Qolbun Maridh (hati yang sakit) dan Qolbun salim (hati yang selamat).
Qolbun mayyit adalah hati dimana tidak lagi mengharapkan ridho Allah, tidak peduli apapun yang terjadi pada hatinya, terus menerus mengikuti hawa nafsunya dan tidak bisa lagi mengontrol kemauannya, lebih lebih sudah tidak lagi menghamba pada Allah. Hati yang seperti ini sulit mendapatkan cahaya dan petunjuk apabila tidak segera sadar bahwa dia berada dijurang kelalaian yang sangat dalam.
Qolbun maridh merupakan hati yang tingkatannya masih lebih baik dari pada qolbun mayyit. Walaupun begitu apabila tidak sering dipelihara dan dijaga bisa-bisa akan masuk ke Qolbun mayyit. Orang terhidap hati ini akan sulit menilai secara jujur dan benar apapun yang ada dihadapannya. Selalu merasa kurang apabila melihat teman atau kerabatnya mendapatkan kenikmatan atau rizki yang lebih darinya, kegelisahan dan keresahan dalam hidupnya akan membawa kebencian terhadap semua orang. Hati yang seperti ini timbul karena sifat-sifat yang tercela, sombong, 'ujub, riya', hasud, iri dan sifat-sifat tercela lainnya. Adapun cara untuk membersihkannya yaitu dengan ilmu dan beramal. Berjuang dengan sungguh-sungguh sekuat tenaga lahir dan batin hingga mencapai pada hati yang hidup.
Qolbun salim, inilah hati yang seharusnya dimiliki oleh setiap insan. Hati yang selalu dijaga dan dirawat oleh pemiliknya. Orang yang memiliki hati ini akan memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa dan menuju hati yang muniyrun yaitu hati yang bercahaya. Dengan selalu ta'at dan dzikrullah akan membawa hati kejalan yang lurus, tidak mudah digoyahkan oleh hal-hal yang menjerumuskan ke jurang kelalaian. Kita diperintahkan untuk selalu ta'at dan bedzikir agar hati kita tenang dan tentram dan bahkan Allah sendiri yang menjaminnya. Dalam firmannya "Ala bidzikrillahi Tathmainnul Qulub" ingatlah bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan tenang. Bukan hanya mengingat saja, melainkan dengan prilaku dan tindakan yang mencerminkan keta'atan, menjalani semua perintah-perintahnya dan menjahui larangannya dengan penuh hikmah.
Dengan selalu berintrospeksi diri, akan mudah bagi kita mengetahui hati kita setiap saat. Mudah mendeteksi Apakah hati kita selalu ta'at dan ingat akan Allah ? Atau sebaliknya, kita selalu menuruti keinginan dan hawa nafsu kita belaka tanpa adanya khosyah (takut) akan adanya Allah ?