“Tidak ada yang ketinggalan?” Samantha hanya mengangguk yakin sembari memasang seat bell. Wajahnya sekilas menampakkan kekecewaan. Jae Woon kemudian menginjak rem dan menarik gas kendali mobil.
Sore hari yang mendung dan berangin. Mereka—Jae Woon dan Samantha pergi ke apartemen yang akan gadis itu diami. Esok hari senin. Itu tandanya, ia harus dihadapkan dengan sederet mata kuliah lagi.
Sesosok lelaki yang Samantha lihat di koridor kemarin, masih membekas di ingatannya. Karenanya, ia gelisah saat melewati lorong panjang itu. Ia mengedarkan pandangan hati-hati. Bola matanya bergerak tidak beraturan. Begitu pula langkahnya yang menampakkan rasa takut.
“Apa kau takut? Lagi pula, aku akan menjagamu sampai terlelap. Shooting-ku hari ini sudah selesai.” Jae Woon mengerlingkan mata. Gadisnya hanya bergumam mengiyakan.
Pintu apartemen yang terkunci telah terbuka oleh Jae Woon. Ia lantas menarik tangan gadisnya untuk masuk. Tiba-tiba saja gadis blasteran itu menjadi orang linglung yang hanya terdiam di tempatnya. Namun, saat berada di ambang pintu, aktor itu melepaskan gandengannya. Bagaimana tidak, ia tengah menyeret sebuah koper di tangan kanan serta kantung kresek besar berisi makanan yang ada ditangan kiri. Err… ia kualahan.
Saat Samantha mulai melangkahkan kaki, ia merasakan aura yang berbeda dari sebelumnya. Tengkuknya terasa dingin. Begitu pula keringat yang kontan saja menyembul dari pelipis. Perlahan, ia memutar kepala ke belakang. Entah itu hanya halusinasi saja, atau memang kenyataan, Samantha melihat bayangan yang lewat dengan sangat cepat. Bayangan itu muncul dan menghilang hanya dalam satu kedipan mata, membuat jantungnya seperti terpukul.
“Aigo!” seru Samantha sesaat setelah membalikkan pandangannya lagi ke depan. Jae Woon segera membalikkan badan juga. Memastikan apa yang terjadi pada gadisnya. “Waeyo[1], Sam?”
“Aku… aku melihat bayangan di belakangku. Jalannya cepat sekali,” ujar Samantha terbata-bata.
Jae Woon menghampiri gadis yang ketakutan itu, lalu mencodongkan wajahnya. “Apa yang harus aku lakukan agar kau tidak berhalusinasi lagi? Tapi, syukurlah kau sudah yakin jika hubungan kita akan baik-baik saja. Ternyata cinta bisa mengalahkan logika, ya? Mana pemikiranmu yang rasional seperti biasanya?”
Kedua pasang mata Samantha terbelalak sekilas. Sensasi desiran halus juga hadir di dadanya. Timbul perasaan aneh pada dirinya saat itu. Perasaan takut yang bercampur dengan perasaan bersalah.
Segera ia meraih lelakinya, dipeluknya erat-erat. Menumpahkan semua air matanya pada pundak seorang aktor yang sedang naik daun bernama Choi Jae Woon.