Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lebah William

12 Januari 2016   23:40 Diperbarui: 12 Januari 2016   23:40 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Prestasi William di sekolah sangatlah baik. Tetapi, ia lebih dikenal sebagai anak nakal di lingkungan rumahnya. Selain suka menjahili siapa saja yang menarik perhatiannya, ia juga suka mencorat-coret tembok tetangga atau bahkan rumah orang yang tidak dikenalnya. Ya, dia memang hidup dengan paham suka-suka.

Waktu itu, ketika pulang sekolah, William melihat rumah tetangganya, pak Darwin, sedang dicat oleh seseorang yang disewanya. Agaknya, ini wajar jika orangtua itu memilih warna ivory untuk memperindah temboknya kembali, yang cat terdahulunya sudah terkelupas karena cuaca Australia yang akhir-akhir ini cukup ekstrim akibat pengaruh badai El-nino.

"Warnanya tidak menarik sama sekali," komentar William.

Sementara itu, pria tambun pengecat sama sekali tidak menyadari keberadaan William. Ia masih asyik mengusapkan kuas berukuran besar itu sambil bersenandung asal.

Aha! I have a good idea, batin William seraya tersenyum penuh kemenangan.

Setelah mengganti pakaian, William mempersiapkan cat akrilik, kuas, sebotol kecil air, dan tempat cat. Lalu, ia masukkan semuanya ke kantung kertas. Kemudian, iya mencari jarum neneknya yang biasa ia lihat di ruang TV.

Dengan wajah yang gembira, bungsu dari tiga bersaudara itu pergi ke rumah pak Darwin. Namun, begitu keluar dari rumahnya, ia berjalan mengendap-endap agar target kejahilannya kali ini tidak menyadarinya terlalu awal.

Astaga, dia sudah asyik dengan pekerjaannya sampai tidak menyadari aku, William membatin ketika jaraknya tidak begitu jauh dengan pengecat itu. Satu, dua, tiga... William terkikik pelan sebelum melancarkan aksinya.

"Paman!"

Pria berkumis itu melompat kaget karena merasa ada tusukan benda tajam di bokong besarnya. Ia lantas menatap anak kecil yang tidak diketahui namanya itu dengan pandangan kesal. "Ada keperluan apa, nak, kau kemari?"

William menampakkan tampang tanpa dosa. "Aku hanya ingin melihat paman bekerja. Itu saja." Ditambahkannya mimik memelas di akhir perkataannya. Seolah-seolah memohon agar diberikan izin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun