Ada banyak pertimbangan ketika seseorang memilih kampus tujuan untuk menuntut ilmu. Selain kredibilitas universitas, letak atau lokasi yang dinilai aman serta strategis pun menempati faktor utama. Dari semua kota di Indonesia, tampaknya banyak yang setuju kalau Malang dan Solo adalah favorit banyak mahasiswa. Begitu pula dengan saya. Lantas, bagaimana sih lingkungan di sekitar kampus?
Saya merantau ke Malang saat menempuh pendidikan S1 di Universitas Muhammadiyah Malang. Berada di pinggiran, membuat lokasi ini masih identik dengan perkampungan warga. Warung-warung pun masih banyak ditemui. Apalagi, kalau kos di daerah Landungsari atau lebih tepatnya Tirto Utomo.
Sekarang yang menjadi pertanyaan, mau kuliah dengan gaya hidup mewah atau biasa-biasa saja? Kalau mau yang mewah, cari saja kos di depan kampus persis. Di sana ada perumahan BCT. Kalau mau yang biasa-biasa saja, daerah Tirto Utomo sudah paling oke. Pedagang makanan banyak, supermarket ada, toko baju ada, semua lengkap. Mau lebih hemat? Carilah kos di gang yang semakin jauh dari kampus. Kalau saya, belum masuk gang, jadi sangat dekat dengan kampus, tinggal menyeberang.Â
Saat kuliah di Malang, belum ada ojek daring, sehingga saya kalau mau ke mana-mana naik angkot. Dari kos saya juga dekat pangkalan angkot. Malahan, dari balkon, terlihat Terminal Landungsari. Pokoknya, saya sangat suka dengan kos saya. Sang pemilik pun berjualan jus di lantai satu.
Ada alternatif lain untuk tempat tinggal kalau berkuliah di UMM. Perumahan elite di Soekarno Hatta, mungkin? Namun, saya sangat merekomendasikan agar berangkat ke kampus melalui jalan tikus, karena jalan utama akan sangat ramai di jam-jam produktif, apalagi saat melintasi jembatan kembar. Bikin pusing.Â
Bagaimana dengan hiburan? Banyak. Mau kulineran, mal, atau toko buku? Ya, saya cuma ke situ-situ saja, sih. Mau ke diskotik kok tidak ada teman. Tidak terbayangkan akan terlihat seperti apa saya? Diskotik di Malang banyak. Ada yang "blak-blakan" dan bahkan tersembunyi. Apa pun itu, sah-sah saja ke diskotik asal tidak memakai obat terlarang atau mabuk-mabukan sampai keblinger.Â
Lulus S1, saya melanjutkan pendidikan S2 ke Solo atau lebih tepatnya di Universitas Sebelas Maret. Lokasinya juga pinggiran, jadi suasana di sana masih relatif tenang. Kalau dibandingkan dengan Malang, Solo memang memiliki aura yang berbeda.Â
Malang, meskipun pinggiran, tetap terasa aura perkotaan di sana. Saya pernah menginap di kos teman, lalu melihat ke bawah dari jendela saat tengah malam dan jalanan masih ramai seakan tidak pernah mati. Di Solo, jam sembilan sudah sepi. Kendati demikian, angkringan di pinggir jalan justru dipenuhi orang. Anehnya, auranya pun tetap tenang. Saya biasa pulang main sekitar jam sepuluh sampai sebelas malam.Â
Untuk kos di Solo, saya rasa antara yang mewah dan biasa saja tidak terlalu kentara perbedaannya. Kalau saya selalu memilih yang strategis, karena tidak membawa kendaraan. Rekomendasi saya, sudah paling oke kalau memilih di daerah Surya Utama. Di Jalan Kabut depan kampus persis juga banyak kos, tetapi saya kurang begitu suka lingkungannya, terlalu berdempet-dempet.Â