Selain itu, terdapat restoran dan musala, sehingga kunjunganmu semakin nyaman. Secara keseluruhan sih, setiap melangkah di setiap sudut ruangan saya merasa harus berhati-hati, misalkan takut menyenggol koleksi. Petugas yang memandu saya sampai bilang, "Karpetnya boleh diinjak, Mbak."Â
Saya ngakak dalam hati. O ya, di setiap meja pajangan saya menjumpai sejenis ramuan herbal di atas tempat tanah liat. Awalnya saya kira sesajen, tetapi masa kering? Mungkin saya kentara kalau bertanya-tanya pada diri sendiri makanya dijelaskan kalau itu adalah bunga ramping atau rampai, pengharum ruangan alami.
      Petugas yang memandu saya masih muda. Seumuran, kalau tidak ya di bawah saya beberapa tahun. Orangnya ramah, penjelasannya bagus, dan sabar menjawab berbagai pertanyaan dari saya. Sayang sekali, saya lupa menanyakan namanya. Terima kasih ya atas informasinya kalau Solo akan menjadi kota museum! Saya jadi semakin bersemangat merencanakan kunjungan selanjutnya.
      Untuk kamu yang ingin menambah kecintaan atau khazanah mengenai batik, wajib mengunjungi museum ini. Setelah mengetahui bahwa negara lain pun memiliki warisan budaya tersebut, saya semakin bangga sebagai warga negara Indonesia. Mari lestarikan. Nasionalis bukan berarti kolot, karena semua berlabuh pada pemikiranmu mengenai dunia luar.
NB: Lebih dari seminggu sebelum saya berkunjung ke museum ini, saya bermimpi berada di rumah tradisional Jawa yang sangat luas. Makannya, saat di Danar Hadi saya merasa deja vu. Selain itu, perasaan antusias begitu kuat. Apakah ini salah satu pengalaman spiritual, ya? Saya memang cukup sering mengalaminya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H