Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Layakkah Memberi Penilaian Satu Bintang untuk Sebuah Buku?

2 Februari 2018   13:01 Diperbarui: 5 Februari 2018   18:34 1863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Shutterstock

Dalam resensi, penilaian sebuah buku disimbolkan dengan satu sampai lima bintang. Pemberian setengah pun diperbolehkan, jika dirasa nominal bulat kurang mempresentatifkan nilai buku. Namun, layakkah pemberian satu bintang, meski itu nilai yang pantas?

Dwitasari, salah satu penulis muda produktif, mempunyai sebuah pernyataan bahwa tulisan yang baik adalah tulisan yang selesai. Di dalamnya terdapat pembuka, isi, dan penutup, sehingga sudah sah menjadi sebuah tulisan. Lagi pula, kalau sudah diterima oleh sebuah penerbit mayor, berarti memenuhi syarat-syaratnya, kan? Entah dari segi ide, plot, kaidah bahasa, riset cerita, dan lain sebagainya.

found.co.uk
found.co.uk
Pembaca memang leluasa memberikan nilai yang dimau. Kalau kecewa, bintang satu andalannya. Namun, terlepas dari segi kasihan, bintang satu tidak bisa digunakan untuk mengekspresikan kekecewaannya tersebut.

Naskah yang diterima pasti memiliki kelebihan tersendiri, meski tampaknya tidak ada. Paling sepele adalah judul dan blurb yang menarik. Acuan ini sebenarnya bisa menaikkan nilai buku, sehingga satu bintang tidaklah layak. Selain itu, sebuah penerbit mempunyai pasar tersendiri sebagai motivasi untuk menerbitkan sebuah buku. Jadi, kalau bukan selera bacanya, jangan baca buku terbitan penerbit tersebut. Toh, tidak akan memuaskan dan kenapa menjadi sebuah kepuasan dengan memberikan satu bintang?

Dan lagi, kalau terus menerus memberikan satu bintang berarti harus berhenti membaca buku dengan tipe tersebut, karena memang bukan seleranya. Sebuah seni, dalam hal ini adalah buku, seharusnya bisa dinikmati, bukan untuk dicari celanya saja. Atau, jika sebuah buku tidak memuaskan pembaca, lebih baik tidak usah gembar-gembor tentang ketidaksukaannya. Come on, why you have to share negativity to others? Lebih baik bagikan buku yang disuka sebagai rekomendasi untuk orang lain.

Ada pula yang memberikan satu bintang, karena dia paham tentang teknik menulis. Dia memberikan resensi dengan detail soal teknis. Pertanyaannya, apakah dia juga mempraktikkan teorinya dengan menghasilkan sebuah tulisan? Kalau toh iya, bisa dong mencontohkan bagaimana yang benar dengan tulisannya. 

Kalau bisa mencari kelebihan selain kekurangan, dua bintang layak kok, ketimbang cuma satu. Katanya kita tidak boleh melihat suatu hal dari satu sisi saja?

Menulis membutuhkan kekonsistensian yang tidak main-main. Pemberian satu bintang sama saja tidak mengapresiasinya. Berdalih soal kejujuran? Memberikan kritik dan saran yang membangun adalah cara terbaik. Jangan sampai memberikan satu bintang, tapi tidak tahu bagaimana berkomentar. Sama halnya dengan membenci seseorang tanpa alasan.

Resensi jujur tidak sama dengan menjatuhkan. Jujur adalah pendapat pribadi, tanpa bermaksud mempengaruhi pembaca lain untuk ikut-ikutan tidak suka. Sementara menjatuhkan adalah pemberian satu bintang, sudah begitu tidak diberi komentar jelas.

Pemberian satu bintang tidaklah layak. Kalau pembaca sudah tertarik membeli atau meminjam, berarti secara tidak langsung buku tersebut memiliki sebuah hal yang menarik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun