Dastan makin tidak mengerti. Tapi, yang jelas, gadis ini sedang dihadapkan pada dua pilihan karena kata "di antara" sudah cukup menjadi clue atas keadaan dilematis itu. Ia pun tersenyum masam. Kebetulan sekali ia sore ini bertemu seseorang yang senasib dengannya?
"Memilih itu susah, ya. Satu dari dua sekali pun. Tapi, hati yang tenang pasti bisa melakukan pilihan dengan baik."
Gadis itu hendak memberi tanggapan. Akan tetapi, Dastan sudah keburu berbicara lagi. "Aku terancam berhenti kuliah karena ayahku, tulang punggung keluarga, meninggal. Pilihannya ada dua. DO lalu mencari kerja, atau cuti untuk kerja dengan segala kosekuensinya, lalu melanjutkan kuliah lagi."
"Kurasa, kamu memilih yang kedua. Pilihan yang tepat." Gadis itu tersenyum. "Sayangnya, apa yang menjadi tebakanmu tadi kurang tepat. Aku tidak sedang dihadapkan pada pilihan."
"Lalu?"
"Kamu nanti akan tahu jika melihat kesempatan di depan matamu, tapi kamu tidak bisa menggapainya karena suatu hal."
---FIN---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H