Mohon tunggu...
Hamzet
Hamzet Mohon Tunggu... Administrasi - Keterangan Profil harus diisi

Lelaki penadah ilmu, pemulung pengetahuan dan (semoga bisa) mengamalkan serta menebarkannya kembali. Kelahiran Kota Probolinggo yang dalam bahasa gaul lazim disebut "Prolink". Kota ini disebut juga Bayuangga (angin, anggur dan mangga).

Selanjutnya

Tutup

Humor

Sebuah Kisah Ramadhan di Ambang Petang

5 Agustus 2011   16:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:04 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: melindayunida-sciencethree-

[caption id="" align="aligncenter" width="630" caption="Sumber gambar: melindayunida-sciencethree-"][/caption]

Sore mulai melenggang hendak pulang. Tangannya melambai ke arah sang senja agar segera datang untuk menggantikannya seiring ufuk barat merona jingga cemerlang. Jalanan masih saja dipenuhi berbagai kendaraan berlalu-lalang. Warung-warung penjual takjil ramai pembeli membuat antrean agak panjang. Ada yang membeli kolak pisang, ada bubur kacang, juga ada yang sekadar membeli rengginang. Hmmm.... sebuah persiapan menyambut adzan maghrib berkumandang.

Kardiman, seorang pengangguran yang sehari luntang-lantung mengukur seberapa panjang jalan, pada Ramadhan kali ini mendadak jadi pedagang. Naluri bisnisnya terkembang. Memanfaatkan momentum Ramadhan, mencoba meraih peluang. Ia pun membuka lapak buah-buahan di pintu masuk gang. Setiap pembeli dilayaninya dengan senyum manis mengembang. Ia sadar, senyum adalah salah satu strategi bisnis untuk membuat pembeli berbondong-bondong datang. Dengan semyum itu pula, Kardiman bisa menolak Pe’i, Kliwon dan Dusmin untuk berutang. Maklum, mereka sudah kondang jadi pengutang yang suka ngemplang.

Kala itu.... senja mulai merembang... Slamet datang bertandang. Tidak seperti jika Pe’i, Kliwon atau Dusmin yang bikin hati Kardiman bimbang dan gamang. Kardiman menyambut Slamet dengan hati senang.

“Assalamu’alaikum, Kang....”, Slamet mengucap salam beberapa meter sebelum sampai di lapak jualan Kardiman.

“Eh Dik Slamet ... Wa’alaikum salaaam... Monggo dipilih... ada Salak Pondoh, Rambutan Binjai, Duku Singosari, Duren Montong, Pisang Ambon, Jeruk Bali, Semangka... Mangga dan Anggur aseli Probolinggo”, sambut si empunya lapak berpromosi.

“Waduh... jadi bingung nih. Segar-segar buahnya. Keknya saya ambil Semangka aja deh”

“Pilihan tepat... Semangka amat segar sebagai makanan penutup buka puasa. Selain berfungsi mencuci ginjal, Semangka juga cocok buat lelaki karena bisa meningkatkan jumlah dan kualitas sperma. Hehehehehe.....”, puji Kardiman. Cerdik juga Kardiman ini merayu pembeli.

“Waaahhhh... Saya masih bujang, Kang. Yang penting seger aja, ‘kaleee. Soal sperma-sperma gitu ntar aja deh kalo sudah punya bini”

“Ayo pilih yang mana. Semua masih seger buger persis es doger... Saya korting sepuluh persen deh, buat Cak Slamet”

“Pasti merah nih dalemnya? Tanpa biji?”, tanya Slamet sembari menimang-timang sebuah semagka seukuran kepala Dusmin.

“Tentu... tentu... dijamin!!!”, timpal Kardiman sambil mengacungkan dua jempol digoyang.

Setelah tawar-menawar, tuntaslah traksaksi jual beli itu. Slamet menenteng Semangkanya pulang ke rumah dengan dendang riang. Sementara Kardiman tersenyum puas mengenggam selembar duit sepuluhribuan.

Ketika menaiki tangga rumahnya, Slamet terpeleset dan rafia pengikat semangkanya putus. Sontak semangkanya jatuh dan pecah. Belum selesai Slamet merasakan sakit di dengkulnya, ia kaget melihat semangka yang baru dibelinya ternyata masih muda. Daging semangka masih berwarna putih. Setengah berlari ia kembali ke lapak jualan Kardiman.

“Kang... gimana neh... semangkanya kok ga merah. Muda begini dibilang dijamin merah! Lagian lihat neh.... banyak bijinya! Kang Kardiman yang jujur dong, kalo jualan. Jangan menipu kek gini!” sergah Slamet begitu sampai di hadapan Kardiman.

[caption id="" align="aligncenter" width="390" caption="Sumber gambar: doleaf.com"]

Sumber gambar: doleaf.com
Sumber gambar: doleaf.com
[/caption] “Loh..loh..loh... salah Cak Slamet sendiri....”

“Salah saya gimana?!!!”, potong Slamet sengit.

“Lah itu semangka mestinya diiris, kok dijatuhin... ya pucat, jadinya. Coba kalo Cak Slamet jatuh dari atas pohon... pucat kan?. Nah biji-biji semangka itu, bonus alias gratis. Cak Slamet ga perlu pusing-pusing mikir bayar tuh biji-biji” Kardiman membela diri tak kalah sengit.

Mendengar alasan Kardiman, Slamet mewek. ‘Yah.... saya kalah omong. Sial deh... nasib... nasib....’, Slamet membatin.

Sepenuh Cinta,

Hamzet [penyair kenthir berdarah]

05082011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun