"Sampai kapan yah kemana-mana kita harus pakai masker?" tanya Fanny sambil memandang langit kehitaman bersemu merah, entah bertanya kepada siapa. Sesekali dia memercepat kedipannya bila abu beterbangan diembus kendaraan yang melintas.
Ujik yang sedari tadi sibuk membolak-balik koran, membaca berita Timnas Indonesia, menyahut asal, Â "Sampai hujan abu ini berhenti".
"ah kamu, ga bisa diajak serius" rutuk Fanny.
"Masih untung Gunung Raung sudah berhenti batuk-batuk. Masih untung Semeru ga ketularan flu, demikian pula Gunung Lamongan yang tenang-tenang saja. Masih untung juga Gunung Bentar bukan gunung api aktif." Panjang lebar tanggapan Ujik.
"Jadi tempat kita ini dikelilingi gunung api aktif"? tanya Fanny serius.
Wana yang sedari tadi sibuk dengan hapenya angkat bicara, "Siapa bilang Gunung Bromo, Semeru dan Lamongan aktif. Enggak kok".
"Lah abu ini dari mana?" respon Ujik dengan suara keras sambil mengibas-kibaskan koran di tangannya ke wajah Wana. Wana menghindar sambil menekan masker agar lebih menutup hidungnya.
Sambil mengacungkan hapenya, Wana menjelaskan dengan tak kalah keras, "Mau bukti?. Dari tadi aku telpon Bromo dan gunung-gunung yang lain, tulalit semua. GA AKTIF."
Sejenak kemudian semua diam. Ujik dan Fanny mengerutkan dahi.
"ha...ha...ha... " tiba-tiba meledak tawa mereka bertiga.
"Jangan-jangan mereka ganti nomor, soalnya banyak yang usil miskol-miskol ga jelas" Fanny menambahkan.