Siang tadi saya dapat SMS dari seorang karib, yang menanyakan bahasa Indonesia dari kata “sanggong”, entah untuk keperluan apa. Keningku mengerut beberapa saat, mencari-cari apa gerangan kata tersebut dalam Bahasa Indonesia. Lema Sanggong kami gunakan untuk menggambarkan seseorang yang dengan sabar menunggu sesuatu atau seseorang lainnya hingga keluar dari suatu tempat dan kemudian menghampirinya atau bahkan menangkapnya. Suatu contoh, polisi berhasil meringkus kawanan pencuri setelah disanggong sejak kemarin sore di rumah salah satu dari mereka.
Beberapa lama saya berpikir, tak juga dapat jawaban. Terpaksa saya buka KBBI terbitan Gitamedia Press, namun di sana tak ada lema sanggong. Menjawab pesan singkat karib saya itu, saya katakan bahwa saya juga tidak tahu dan di kamus pun tidak ada. Saya sarankan agar gunakan saja kata sanggong itu dengan dicetak miring. Ia membalas lagi, menjelaskan bahwa Ia ingin mengurangi penggunaan istilah-istilah Jawa Timur-an. Dia ingin membuat tulisan yang ‘berasa’ nasional dengan mengurangi ‘kekentalan rasa’ Jawa Timur. Sebuah ide cerdas, saya pikir.
Saya menjadi penasaran juga akhirnya, dan menunda dulu menjawab sms-nya. Saya coba buka laman google dengan kata kunci “Sanggong”. Google menemukan 10.200 hasil. Tapi saya kecewa karena yang ditawarkan google banyak di antaranya adalah situs-situs asing. Tapi setidaknya saya menemukan penggunaan kata sanggong di laman http://surabaya.detik.com dan http://www.wawasandigital.com. Dari nama situsnya jelas bahwa keduanya adalah media dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Tentu saja saya tidak puas.
Kemudian saya coba cek ke laman KBBI Daring, saya ketik lema sanggong. “Tidak menemukan kata yang sesuai dengan kriteria pencarian!!!” begitu jawaban KBBI Daring. Saya jadi curiga Sanggong adalah kosa bahasa Jawa yang kerap juga digunakan oleh penutur bahasa Madura, terutama yang tinggal di Tapal Kuda. Tak menemukan hasil, melalui pesan singkat saya sarankan sobat-karib saya tadi untuk menggunakan kata ‘kuntit’. Tepat dugaan saya, dia menolak dengan alasan lema itu tidak pas dengan penggambaran yang ia inginkan. Kuntit = membuntuti = ikuti, sedangkan sanggong = tunggu dan sergap, dia menjelaskan. Cerdas dan ngeyel karibku satu ini, dan itu yang saya suka, selain penampilannya yang senantiasa anggun. Dia sering ‘memaksa’ saya untuk memberikan jawaban yang tuntas, tak terbantah. Itu berdampak sangat positif kepada saya.
Buka kamus, sudah; longak-longok di internet, sudah; semuanya gagal. Kembali saya sarankan karib saya untuk menggunakan kata sanggong dengan divetak miring. Perburuan dengan klak-klik anjangsana ke sana-kemari saya cukupkan dulu untuk kali ini. Namun demikian perburuan saya terhadap lema SANGGONG akan tetap berlanjut, dengan cara berbeda. Sidang pembaca ingin tahu caranya? Begini: saya akan menyanggong lema SANGGONG ataupun PADANAN KATA-nya atau SINONIM-nyaakan keluar dari persembunyian. Barangkali ada pembaca yang bisa membantu memancingnya keluar, atau bahkan ada pekamus yang terketuk hatinya hingga memasukkan lema SANGGONG atau SINONIMnya di kamus. Atau paling tidak, membantu saya untuk MENYANGGONG...
Terima kasih.
Courtesy for reno
Hamzet, dibawah guyuran abu vulkanik Bromo, 261210
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H