Mohon tunggu...
Hamzet
Hamzet Mohon Tunggu... Administrasi - Keterangan Profil harus diisi

Lelaki penadah ilmu, pemulung pengetahuan dan (semoga bisa) mengamalkan serta menebarkannya kembali. Kelahiran Kota Probolinggo yang dalam bahasa gaul lazim disebut "Prolink". Kota ini disebut juga Bayuangga (angin, anggur dan mangga).

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(FFK) Pergulatan Chiara

18 Maret 2011   13:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:40 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="522" caption="Terhempas Gelombang (sumber: http://www.amulet.in.th/forums/images/1449.jpg)"][/caption]

Malam semakin larut. Desir angin lembut menyisir pantai. Chiara baru saja selesai belajar. Ia rapikan buku-buku dan alat tulis kemudian memasukkan ke dalam tas biru mudanya. Berkali-kali ia menguap menahan kantuk yang sedari tadi menyergapnya. Serasa tak kuat lagi melawan luapan kantuk, ia rebahkan tubuhnya di atas sofa begitu saja. Belum lagi ia terlelap, terdengar teriakan-teriakan diluar. Lamat-lamat terdengar teriakan dan hiruk-pikuk di luar.

"Gempa... lagi... gempa.... Semua keluaaarrr..... keluaaaar... cepat...cepat... gempaaa... lagi....!"

Teriakan-teriakan itu memaksanya untuk bangkit. Namun belum sempurna ia berdiri, tubuhnya terasa oleng dan jatuh terjengkangke atas sofa. Lampu yang menggantung di atasnya bergerak pelan ke kiri-kanan. Sejenak kemudian ia merasa terayun, persis kejadian sore tadi. Buku-bukunya di atas lemari kecil merosot dan jatuh berhamburan.

"Ibu...ibu... gempa bu... gempa....", ia berteriak keras di pintu kamar ibunya yang sedikit terbuka.

"Apa....? cepat keluar... lewat pintu belakang....", sahut ibu terlonjak kaget.

"Baik bu... adik tidur di mana? di kamar tidak ada!", teriak Chiara mencari adiknya yang sering juga tidur di kamarnya.

"Ini sama Ibu... , biar ibu yang bawa adikmu. Cepat... lewat belakang". Kembali ibunya mengingatkan.

Chiara berlari menuju pintu belakang. Dibukanya pintu lebar-lebar. Sementara ibunya mengikuti dari belakang. Di luar rumah terlihat tetangga berlarian menuju lapangan bola yang berjarak dua rumah dari rumah Chiara. Tiba-tiba goyangan kembali terasa. Kali ini lebih kuat diikuti padamnya listrik.

'Chiara......... tunggu", teriak ibu Chiara.

Chiara menghentikan langkah dan meraih tangan ibunya. Mereka berjalan beriringan. Kilatan lampu-lampu senter warga yang hilir mudik membuatnya sedikit terbantu melihat permukaan jalan tanah menuju lapangan bola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun