Di tengah derasnya arus globalisasi, masih ada komunitas yang gigih mempertahankan tradisi warisan leluhur. Salah satunya adalah masyarakat Desa Labuan Kertasari di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Mereka masih setia melestarikan tradisi unik bernama Mbelu' Pandang yang sudah berlangsung sejak 1987.
Tradisi Mbelu' Pandang dilaksanakan untuk menyambut perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW setiap tanggal 11 Rabiul Awal. Yang menarik, tradisi ini merupakan warisan budaya Suku Selayar yang dibawa oleh nenek moyang mereka dari Sulawesi Selatan. Meski kini menetap di Pulau Sumbawa, masyarakat Desa Labuan Kertasari tetap mempertahankan identitas budaya asli mereka.
Prosesi Mbelu' Pandang melibatkan pemuda dan pemudi desa yang disebut taruna dan dedara. Para dedara atau gadis yang berusia 17 tahun ke atas akan duduk berjejer mengenakan pakaian adat. Mereka bertugas menggulung daun pandan yang telah disiapkan. Sementara itu, para taruna atau pemuda akan masuk secara bergantian untuk memberikan balehang (bambu) kepada dedara, lalu merajang atau memotong pandan tersebut.
Seluruh prosesi ini diiringi lantunan kitab Barzanji atau yang disebut Rate' oleh masyarakat setempat. Barzanji berisi puji-pujian dan kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Uniknya, bagi Suku Selayar, Barzanji juga merupakan nyanyian pengantar tidur yang diwariskan turun-temurun.
Ada filosofi mendalam di balik peralatan yang digunakan dalam tradisi ini. Daun pandan melambangkan keikhlasan dan rasa syukur. Bambu atau balehang mengajarkan manusia untuk berinovasi tanpa melupakan akar budaya. Sementara pisau yang digunakan untuk merajang pandan dulunya menjadi simbol keberanian seorang laki-laki.
Selain makna filosofis, Mbelu' Pandang juga sarat akan nilai-nilai luhur. Tradisi ini mengajarkan adab pergaulan muda-mudi sesuai ajaran Islam, di mana mereka dianjurkan untuk menundukkan pandangan saat berhadapan. Nilai silaturahmi dan kerukunan juga sangat kental, karena tradisi ini mempersatukan seluruh lapisan masyarakat desa.
Yang tak kalah penting, Mbelu' Pandang menjadi sarana pewarisan nilai-nilai keagamaan dan pendidikan karakter. Melalui tradisi ini, masyarakat diajarkan untuk mencintai Nabi Muhammad SAW, menghormati leluhur, serta menjunjung tinggi gotong royong. Sikap disiplin, kreatif, komunikatif, cinta damai, dan tanggung jawab juga terasah melalui rangkaian prosesi yang ada.
Meski sudah berlangsung puluhan tahun, eksistensi Mbelu' Pandang tetap terjaga berkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian budaya. Peran tokoh agama, sesepuh desa, serta organisasi kepemudaan seperti Forum Komunikasi Pelajar Mahasiswa Kertasari (FKPMK) menjadi kunci keberlanjutan tradisi ini.
Upaya pelestarian Mbelu' Pandang kini dikemas dalam bentuk yang lebih modern dan atraktif melalui Festival Ballona Kertasari. Festival tahunan ini tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya, tapi juga media promosi pariwisata Desa Labuan Kertasari. Hasilnya, tradisi ini mulai dikenal luas hingga ke mancanegara.
Keberadaan Mbelu' Pandang membawa dampak positif bagi Desa Labuan Kertasari. Semangat gotong royong masyarakat semakin menguat. Kreativitas warga terasah melalui berbagai persiapan festival. Bahkan dari sisi ekonomi, perputaran uang di desa meningkat berkat kunjungan wisatawan.