Mohon tunggu...
Hamzun
Hamzun Mohon Tunggu... Penulis - Memuat Seputar Karya Tulisan, Catatan Harian, Media Berita dan Informasi

📝Literature Enthusiasts 🖌Kaligrafi 📝Kreator Media 🖌Jurnalisme YouTube, click link below ⤵️ youtu.be/hNI4KXdnNFM

Selanjutnya

Tutup

Diary

Renungan Kloset

1 November 2024   22:27 Diperbarui: 1 November 2024   22:32 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Merenung/Dok. pri

Saat hidup terasa seperti garis lurus yang monoton, tanpa puncak yang jelas atau arah pasti, kita sering menemukan momen refleksi di tempat-tempat tak terduga, bahkan di ruang kecil seperti kloset. 

Terkadang, ruangan ini justru jadi ruang tenang untuk merenung dan menelaah tentang siapa kita, apa yang kita lakukan, dan ke mana kita menuju.

Saat mendengar bahwa orang-orang tidak menyukai kita karena pekerjaan yang "belum jelas" atau penghasilan yang tak menentu, ada rasa yang menyelinap: seperti sedang dituntut untuk mengejar sesuatu, meski kita sendiri belum tahu pasti apa yang dicari. 

Dunia luar terlihat bergegas, seolah semua orang tahu tujuan hidup mereka dengan pasti, namun di dalam diri, ada keraguan, ada rasa terasing.

Mungkin yang perlu dicari bukan hanya stabilitas finansial atau posisi sosial, tapi tujuan yang benar-benar bermakna. Hidup yang diperjuangkan tak melulu soal pekerjaan tetap atau gelar yang mengilap, tapi soal langkah kecil yang penuh keyakinan. 

Apa pun yang kita lakukan---sekalipun terlihat kecil atau "tidak jelas" bagi orang lain---bisa jadi sebuah bagian dari jalan panjang menuju makna yang lebih besar. Kadang, hidup meminta kita untuk tersesat dulu agar bisa lebih jelas menemukan diri sendiri.

Yang perlu kita sadari adalah bahwa hidup bukan sekadar perlombaan, tapi perjalanan. Ada fase-fase di mana segalanya tampak kabur, tak berbentuk, bahkan membingungkan. 

Dan saat berada di titik ini, kita sering merasa tertinggal dari mereka yang tampaknya sudah "mencapai" sesuatu. Tapi, setiap perjalanan itu personal; setiap orang punya waktunya masing-masing untuk memahami jalan hidup mereka.

Apa yang benar-benar membuat kita hidup? Apa yang membuat kita merasa "penuh" saat mencapainya? Jika kita bisa menjawab pertanyaan ini, maka kita sedang mendefinisikan langkah-langkah kita sendiri, bukan langkah yang diatur orang lain. 

Hidup yang diperjuangkan sebaiknya lahir dari dorongan hati, bukan dari tekanan eksternal. Kalau langkah kita sekarang belum jelas bagi orang lain, itu bukan berarti salah; bisa jadi justru itu yang akan mengarahkan kita menuju kehidupan yang lebih autentik dan bermakna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun