Kejutan-kejutan di tahun 2020 tidak hanya ditandai dengan munculnya virus yang menyebar secara global di awal tahunnya, tapi juga adanya perubahan-perubahan bentuk dan pola sosial masyarakat dunia, terkhusus Indonesia.
Perubahan itu berdampak ke segala sektor kehidupan, dari pendidikan, ekonomi, komunikasi, politik, dll. Semua sektor tersebut sedikit bergeser dan berkembang ke ranah digital. Â Apalagi ditengah keterbatasan manusia dalam berinteraksi dengan manusia yg lain karena aturan social distancing. Hal itu menjadikan digital sebagai solusi untuk melubangi keterbatasan itu, misalnya dalam dunia pendidikan dan ekonomi.
Dalam politik juga seperti itu, rapat-rapat juga menggunakan media digital sebagai langkah solutif untuk berinteraksi. Seiring perkembangan wabah virus corona sejak awal tahun sampai sekarang telah menempatkan dunia digital adalah dunia kedua setelah dunia yang real ini sebagai keharusan yang harus digunakan. Â Maka manusia dituntut untuk bisa menggunakan gadget dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Sebagaimana dalam teorinya Baudrillard bahwa masyarakat dalam konsumsi ditengah pandemi menandakan gadget sebagai alat guna yang strategis dalam nilai guna dan nilai tanda. Simulasi model sosial seperti ini secara perlahan masuk kedalam tatanan kebiasaan baru dan bentuk interaksi baru.
Dalam ranah politik, digital menjadi ajang panggung depan (fron stage) yang strategis dalam mengkampanyekan kepentingan suatu partai atau calon. Â Banyak para aktor politik yang memanfaatkan fasilitas ini. Bahkan dunia maya menjadi alat komunikasi yang cepat untuk disuarakan kepada masyarakat luas. Sehingga media digital menjadi kebenaran baru untuk mengakses informasi perihal politik.
Namun permasalahannya sedikit masyarakat yang melirik, bahkan mengamati apa sebenarnya yang terjadi di panggung belakang (back stage) dalam percaturan politik di Indonesia ditengah pandemi covid-19. Sehingga banyak terjadi kebijakan atau keputusan yang sebelumnya itu tidak terduga, misalnya dari kebijakan mengenai antisipasi penyebaran covid-19, vaksin, bahkan pergantian beberapa kursi menteri. Dan ini merupakan kenyataan baru yang kini sedang dihadapi oleh bangsa.Â
Maka jika dianalisis lebih jauh, pergeseran ini tidak hanya dalam tataran pola sosial baru yang dibarengi oleh perkembangan digital, tetapi juga adanya pergeseran baru dalam ranah politik moral.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H