Mohon tunggu...
Hamzah Nazarudin
Hamzah Nazarudin Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN/POLITEKNIK NEGERI KUPANG

LECTURE, MEMBACA,MENULIS, EKONOMI, BISNIS, MARKETING, PENDIDIKAN, LITERASI, POLITIK

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Literasi dan Problematika Bangsa

6 Oktober 2023   08:52 Diperbarui: 6 Oktober 2023   09:03 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Istilah literasi merupakan istilah familier bagi kalangan yang hobinya membaca, menulis baik buku, artikel, jurnal ilmiah, blok, konten dan lain sebagainya,  Literasi merupakan serangkaian kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang di perlukan dalam kehidupan sehari - hari.

Gerakan membudayakan literasi semakin gencar di promosikan oleh pemerintah untuk meningkatkan angka melek huruf (AMH) sebagai salah satu indikator dalam mengukur human development index (IPM)  di bidang pendidikan. Berdasarkan data Indonesia. id tahun 2022 menunjukan bahwa angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas di Indonesia sebesar 96.35 persen, ini berarti 96 dari 100 penduduk dewasa di Indonesia telah memiliki kemampuan membaca dan menulis (http://dataindonesia.id).

Meskipun angka melek huruf mengalami peningkatan sebesar 0.3 persen dari tahun sebelumnya (tahun 2021) sebesar 96,04 persen, namun indeks pembangunan literasi masyarakat (IPLM) masih belum menggembirakan di tahun 2022 sebesar 64, 8 persen dari skala 1 - 100 dan terus menjadi masalah nasional yang sangat memprihatinkan. Hasil survei yang di lakukan oleh program for international student Assessment (PISA) yang di rilis oleh organization for economic co - operation (OECD) pada tahun 2019, Indonesia berada pada peringkat 62 dari 70 negara,  Hal ini berarti indonesia berada pada golongan 10 terbawa tingkat literasi terendah.

Ada beberapa faktor yang menjadikan indonesia berada pada tingkat literasi yang rendah yaitu kurangnya dukungan atau keterlibatan keluarga dalam membangun budaya membaca di rumah, Akses buku yang berkualitas belum merata di seluruh daerah sehingga tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan referensi buku yang beragam, Peran pemerintah belum maksimal dalam mengembangkan program literasi berbasis gerakan. Masyarakat belum sepenuhnya mengambil peran untuk meningkatkan ekosistem literasi yang produktif sehingga berdampak pada minat baca yang rendah.

Hasil riset kementerian komunikasi dan informatika 2021 dan UNESCI 2023 menunjukan indeks minat baca masyarakat di Indonesia  hanya mencapai 0,001 persen atau dari 1000 orang hanya satu orang yang gemar membaca sehingga minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Kurangnya literasi dan rendahnya minat baca akan berdampak pada rendahnya pengetahuan analisis,  problem solving dan  critcal thinking sebagai dasar kecerdasan intelektual. Dampak lain dari kurangnya literasi dan rendahnya minat baca adalah masyarakat akan ketinggalan informasi yang berkaitan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengalami problem untuk berkembang dan bersaing di era yang sangat kompetitif.

Perkembangan budaya literasi dan minat baca akan berpengaruh pada peradaban suatu bangsa. Semakin baik budaya literasi dan semakin tinggi minat baca akan berpengaruh pada peningkatan kecerdasan intelektual, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdampak pada kemajuan peradaban bangsa. Bangsa yang beradab adalah bangsa yang berbudaya,  memiliki kecerdasaan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual.

Bangsa yang maju seperti Amerika, Cina, Jepang memiliki tingkat literasi dan budaya membaca yang tinggi. Masyarakat Amerika terbiasa membaca 10 sampai 20 buku pertahun,  hasil survei terbaru menunjukan bahwa sekitar 86 persen  orang dewasa di Amerika memiliki tingkat  literasi yang tinggi,dan di cina hasil survei menunjukan bahwa di tahun 2020 sekitar 71.7 persen keluarga tiongkok dengan anak - anak berusia 0 - 8 tahun memiliki kebiasaan membaca dengan anak - anak mereka. Orang tua menghabiskan rata - rata 25,81 menit sehari membaca dengan anak-anak mereka. naik 0.83 persen dari 24,98 menit pada tahun 2019. Sedangkan di Jepang rata- rata orang Jepang paling gemar membaca dan gemar mencari informasi yang tampak remeh menurut orang lain. Budaya membaca di Jepang di dukung oleh kebijakan  pemerintah dari pusat sampai ke daerah dengan menyediakan buku secara GRATIS, menyediakan fasilitas - fasilitas baca buku di tempat umum, hasil survei menunjukan bahwa rata - rata orang Jepang menghabiskan waktu membaca 10 sampai 15 buku setahun.

Berkaca pada negara - negara maju seperti Amerika, Cina dan Jepang dengan budaya literasi dan minat baca buku tinggi, maka pemerintah harus berupaya maksimal membuat kebijakan mensuport budaya literasi dan minat baca buku serta berperan  sebagai lokomotif penggerak literasi nasional, dan mendorong masyarakat untuk membangun komunitas literasi  nasional, sehingga problematika budaya literasi dan rendahnya minat baca buku, secara pelan dan pasti (slow and sure), akan teratasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun