Mohon tunggu...
Hamzah Jamaludin
Hamzah Jamaludin Mohon Tunggu... Penulis - Hiduplah seperti yang engkau kehendaki, mencintailah selama engkau merasakan.

Tertarik dengan Ilmu Sosial dan Sastra, Senang Mendaki Gunung.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pendusta Duniawi

13 Oktober 2018   22:55 Diperbarui: 21 April 2020   18:52 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Langit,
Badai menerjang bunga bermekar
Derai tangis membasahi bumi pertiwi
Penat di jeruji mengukung diri.

Laksana rembulan terbenam
Kehilangan benderang,
Bola mata menghilang
Kebenaran hanya kefanaan semata.

Suntuk mendengar percakapan
Manusia sibuk akan kebenarannya,
Perdebatan hebat bagai santapan
Tanpa poros, tanpa jeda, tanpa menanggalkan titik.

Ku mengendus bau kebencian
Di antara selaput kaki-kaki mungil
Berpijak di bumi menjulang tinggi ke awang-awang
Wahai kau yang bersembunyi di antara dalil-dalil ilahi.

Berbicara menggebu-gebu
Berbisik tanpa berdesis
Diam tapi mendendam
Mencabik-cabik hingga hayat tenggelam ruang.

Hamzahjams

Cimahi, 13 Oktober 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun