Mohon tunggu...
Hamzah Fauzi
Hamzah Fauzi Mohon Tunggu... -

My name is Hamzah. I am a teacher.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

“Gak malu sama Finlandia nih Pak?”

8 Desember 2014   15:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:48 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ungkapan di atas muncul karena telinga panas ketika seorang pejabat mengatakan bahwa Kurikulum 13 adalah kurikulum terbaik di dunia yang pernah ada. Wow!! Bukan tak percaya sih, tapi gimana bisa demikian? Harusnya kalau mau bijak yang mengatakan demikian bukan kita donk. Harus pihak lain yang menilai apakah kurikulum ini baik atau tidak.

Menurut saya sebuah kurikulum yang baik adalah kurikulum yang bisa menjawab tantangan di masa kini dan masa yang akan datang. Dan yang lebih penting lagi sebuah kurikulum harus bisa diaplikasikan oleh seluruh sekolah yang ada di negeri ini. Kalau sebuah kurikulum itu banyak mengalami kendala di lapangan atau bahkan tidak bisa dilaksanakan oleh banyak sekolah maka bagaimana mungkin Kurikulum ini adalah kurikulum yang terbaik di dunia yang pernah ada.

Menentukan kurikulum pendidikan di suatu bangsa yang besar dan kompleks seperti Indonesia tidak mudah. Perlu pencerminan diri dan kembali ke tujuan awal apa sih yang ingin dicapai oleh negeri ini. Kalau kita coba ingat – ingat kembali bahwa yang diharapkan dari sebuah pendidikan adalah perubahan karakter dari yang tidak baik menjadi lebih baik dan dari lebih baik menjadi terbaik. Oleh karena itu penentuan kurikulum ya harus mewadahi itu. Haruslah ada keseimbangan antara aspek karakter dan akademik.

Saya rasa negara kita perlu mengedepankan aspek afektif. Hal itu dulu yang harus diperkuat. Jangan monoton memaksa anak agar menguasai ilmu tanpa karakter yang baik. Coba bayangkan jika negeri ini orang – orangnya pintar tapi tak berkarakter positif. Bisa jadi negara terkorup sampai kiamat kita.

Nah apakah Kurikulum 13 sudah mencakup hal demikian? Mungkin secara teori iya. Tapi kalau melihat derita di lapangan masih banyak sekolah atau guru yang belum siap melaksanakannya baik dari segi teknis dan pemahaman guru. Masih banyak guru belum professional dalam menjalankan K13. Kebanyakan guru yang mengajar tidak memahami sepenuhnya K13. Pasalnya, para guru mengatakan mendapat pelatihan paling lama satu minggu, tapi umumnya hanya dua hari.Dengan tidak pahamnya guru akan K13, dikhawatirkan justru akan menurunkan kualitas pendidikan.

Selain itu, proses penilaian siswa yang bersifat naratif juga banyak dikeluhkan oleh guru. Bayangkan jika satu guru 100an siswa. Untuk hafal nama mereka satu persatu aja susah dan butuh waktu. Satu siswa saja ada 8 elemen. Kira – kira efektif kurikulum seperti itu? Belum lagi jika siswa terlalu banyak diberi tugas karena tuntutan silabus atau apaun itu namanya. Waktu quality time bersama keluarga kapan? Guru pun jika harus dipressured oleh penilaian semacam ini secara mental juga terpengaruh. No teachers are perfect.

Yang jadi pejabat enak saja tinggal main deadline tapi ndak tahu lapangan itu seperti apa. Atau mereka juga sering bilang “Ya namanya kurikulum masih baru ya perlu adaptasi ibarat sepeda motor baru perlu dipelajari”. Betul sih pak, tapi ya jangan terkesan mekso ... apa Bapak yang terhormat sudah pernah ngajar pakai kurikulum ini? Kita guru bisa berkonsultasi pada mereka (pemerintah) tapi mereka ndak tahu rasanya lapangan itu gimana. Mereka datang ke daerah terpencil paling cuma 1 atau dua hari atau paling lama satu minggu. Coba satu bulan ... satu tahun.

Jadi jika ingin mengatakan bahwa kurikulum ini terbaik di dunia tolong dipikir lagi. Finlandia yang terbaik di dunia aja biasa – biasa tuch. Apa ndak malu????Emang, di dunia ini ga ada kecap nomer 2.

Hamzah Fauzi

Salam Sukses Luar Biasa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun