Mohon tunggu...
Hamzah Fauzi
Hamzah Fauzi Mohon Tunggu... -

My name is Hamzah. I am a teacher.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Apa Yang Bisa Kita Tiru dari Mereka?

4 Januari 2014   09:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu minggu lalu, iseng – iseng saya nonton TV karena kebetulan saya lagi tidak ada hal yang dikerjakan. Kebetulan yang saya tonton acara infotainment di salah satu TV swasta nasional. Di acara tersebut banyak hal yang diinformasikan. Para posohor tanah air kita memang tidak pernah berhenti bikin prestasi ya sensasi atau kekisruhan lainnya. Ada yang patut dicontoh dan ada pula yang membuat kita mengelus dada.

Berita pertama diawali oleh beberapa artis yang “pamer” kekayaan. Para artis ini memamerkan koleksi mobil me- wah meraka dijalanan Ibu kota yang padat. Dan tentu, hal ini sangat menarik perhatian pengguna jalan lainnya. Mobil mewah mereka membuat silau jalanan yang kebetulan lagi panas – panasnya.

Ada yang menarik untuk dicontoh dari artis – artis ini. Kerja keras mereka. Kerja keras mereka yang pantang menyerah mulai dari zero sampai menjadi hero. Itu semua mereka lakukan untuk menggapai cita – cita yang mereka inginkan. Menjadi top tentunya. Lalu dengan segala keberhasilan yang mereka capai mereka tunjukkan dengan mobil – mobil mewah mereka yang harganya rata – rata antara 5 sampai 10 milyar rupiah. Wow harga yang sangat – sangat mahal tentunya. Dan tidak mungkin tercapai bagi kita masyarakat biasa. Khalayak ramai cuma dibuat ngiler melihatnya. Dan ketika ditanya kenapa membeli mobil yang harganya kelewat mahal itu, mereka cuma menjawab inilah cara mereka menunjukkan keberhasilan mereka dan itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka.

Berita kedua yaitu tentang artis yang merasa tertipu oleh praktisi supranatural. Si artis ini merasa tertipu karena merasa ketenarannya dimanfaatkan oleh si dukun dan penyakit kiriman yang dialaminya juga tak dirasa membuahkan hasil. Dari ketidaknyamanan tersebut terjadilah perseteruan antara si artis melawan si dukun ini. Kedua belah pihak saling merasa benar dan punya alasan – alasan pembelaan. Si dukun merasa tidak pernah memanfaatkan ketenaran si artis dan dalam praktek penyembuhan juga sudah dijalankan sesuai prosedur si dukun. Bahkan si dukun sempat – sempatnya mendemonstrasikan cara dia menyembuhkan pasien yang banyak berasal dari kalangan artis. Si artis juga tidak mau kalah. Dia tetep ngotot menuduh si dukun ini memanfaatkannya dan tidak puas atas praktek pengobatan si dukun ini.

Berita ketiga mengenai artis yang mengalami penganiyayan oleh artis lainnya. Belum jelas masalah apa yang memicu kejadian ini. Tapi yang jelas masalah ini sudah sampai ke ranah hukum. Pihak berwajib sudah mengantongi identitas pelaku pengeroyokan ini dan sudah menginterogasi para saksi. Artis yang mengalami pengeroyokan ini mengalami cedera yang parah. Bahkan dia juga sempat distrum oleh salah satu pelaku yang kebetulan seorang aktor. Sadis dan memalukan sekali perilaku para pelaku pengeroyokan tersebut. Ternyata meraka tidak gentleman.

Berita – berita perilaku para pesohor macam ini sebenarnya sudah tidak asing lagi. Bahkan oleh masyarakat cenderung dinilai sebagai hal yang berterima dimasyarakat. Coba ambil contoh artis yang suka pamer kekayaan. Memang itu suka – suka mereka. Hak mereka sepenuhnya yang harus dihormati. Namun secara langsung atau tidak, masyarakat akan disuguhkan hal – hal yang bersifat materialistik. Cenderung kesuksesan dalam benak masyarakat kita kebanyakan akan dinilai dari seberapa besar harta yang dimiliki. Hal semacam ini dinilai sebagai suatu kewajaran. Sebagai akibatnya masyarakat kita cenderung berperilaku hedonis. Artis – artis macam ini bisa jadi hero bagi masyarakat kita. Apa yang mereka pakai, atau apa yang mereka miliki cenderung ditiru.

Seharusnya ada hal positif yang bisa diambil dari mereka yaitu semangat kerja keras mereka dan tentunya dengan cara – cara yang positif. Kita sebagai masyarakat dapat meniru semangat mereka dan kemudian mempraktekannya sesuai bidang kita masing – masing. Adapun masalah hasil, kita tidak perlu terlalu berkiblat padanya agar kita senantiasa terhindar dari kufur nikmat.

Nah, bagaimana menurut anda para pembaca? Silahkan beri masukan tambahan. Karena sangat mungkin saya masih ada kekurangan.

Salam Sukses Luar Biasa!

Hamzah Fauzi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun