Mohon tunggu...
Hamrizal Hamid
Hamrizal Hamid Mohon Tunggu... wiraswasta -

I am not a second edition

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Senirupa Tradisional dan Orisinalitas

14 Agustus 2013   21:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:18 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13764892501312364906

Sumber: yogyakartacity.olx.co.id

Salah satu kesulitan dalam seni rupa modern adalah mencari identitas lokal. Karena seni rupa modern membutuhkan orisinalitas dan fleksibel dalam perubahan. Berbeda dengan seni musik, kita dapat dengan mudah mengklasifikasi seni musik Sunda,Jawa, Batak, Bali,dll. Sehingga walaupun liriknya berbicara tentang langit ke tujuh, namun musiknya tidak bisa menipu.

Dalam seni rupa, membuat karya sefleksibel karya seni musik hampir tidak mungkin kalau tidak bisa dikatakan mustahil. Tidak mungkin kita mengatakan bentuk ini khas Aceh, bentuk itu khas Lampung, atau warna ini khas Makassar, warna itu khas Ambon. Karena ada begitu banyak bentuk dan warna yang sama digunakan oleh berbagai suku dan bangsa yang ada di dunia ini. Seni rupa mandeg dalam orisinalitas.

Dalam hal bentuk barangkali masih ada orang yang bisa benar-benar orisinal, yaitu orang buta. Karena orang butalah yang memiliki pemahaman bentuk yang tingkat orisanalitasnya relatif lebih tinggi. Sebagai makhluk visual kita dipengaruhi oleh apa yang kita lihat. Hal ini juga mempengaruhi dalam cara kita menggambar. Sehingga dalam berkarya kita sering kali dipengaruhi oleh pengalaman visual kita.

Kemelut seni rupa modern pada tahun 70-an salah satunya disebabkan oleh frustasi mencari orisinalitas. Orisinalitas menjadi barang mahal dalam seni rupa modern, karena begitu banyak karya-karya seni rupa yang hampir tidak bisa kita bedakan satu dengan yang lainnya. Akibatnya, demi mencari orisinalitas dan demi kelangsungan hidup, seni rupa hadir dengan mencaplok wilayah-wilayah lain : teater, tari, musik, arsitektur, hingga aksi politik, bahkan aura seniman pun dipertaruhkan.

Dalam konteks senirupa tradisi, pemahaman tradisi sudah lama meninggalkan Pakem, yaitu acuan nilai-nilai luhur budaya nenek moyang yang sudah selesai dan harus dilestarikan. Sejak dulu seni rupa tradisional berlaku dinamis dan penuh daya cipta, serta siap menerima pengaruh dari luar dan memberi pengaruh ke luar. Berbagai gaya, corak, atau langgam yang diciptakan dalam seni kriya tradisional bukanlah sebagai sekadar penanda kategorisasi internal. Tetapi sebagai bukti keluwesan seni tradisi terhadap tuntutan eksternal, tanpa harus kehilangan ciri khasnya sebagai produk budaya lokal. Dengan demikian sebuah budaya akan bertahan bila ia berkembang, bukan duduk diam di museum-museum.

Kebudayaan merupakan integrasi dari berbagai faktor. Demikian pula dengan seni rupa tradisional yang merupakan bagian dari kebudayaan material. Ia tidak selalu harus orisinal. Selain mengandung bentuk asli yang dibuat oleh masyarakat lokal, senirupa tradisional kita juga dipenuhi dengan identitas pinjaman yang dibuat oleh kaum imigran.

Harus diakui, seniman kita sangat piawai dalam mengolah identitas pinjaman itu ke dalam bentuk-bentuk baru dan kemudian menjadi identitas baru untuk kebutuhan baru. Dengan kekuatan daya kreasi serta ketajaman melihat kebutuhan konsumen pembuatan senirupa Tradisional itu sejak lama telah dilakukan secara dualistik. Di satu sisi di buat untuk mendukung perangkat budaya internal, di sisi lain untuk melayani kebutuhan pasar eksternal.

Senirupa tradisional hanya bisa bertahan jika tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat. Ia akan selalu hidup, karena ada sesuatu yang hidup dan berganti. (dari berbagai sumber)

Semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun