Mohon tunggu...
Abdullah Hammam Fandi
Abdullah Hammam Fandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hello, i'm Abdullah Hammam Fandi. Now i am currently studying in Airlangga University majoring in psychology. I am interested in social science, psychology, philosophy, and history

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Hysterical Strength: Hubungan antara Kondisi Emosional dengan Kekuatan Fisik

20 Juni 2024   07:00 Diperbarui: 20 Juni 2024   09:38 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup dengan pola hidup sehat merupakan impian semua orang. Beberapa manfaat yang didapatkan dari pola hidup sehat seperti tubuh yang ideal dan umur yang panjang membuat banyak orang termotivasi untuk melakukan pola hidup sehat. Salah satu pola hidup sehat yang paling umum adalah olahraga. Olahraga dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kesehatan daripada tubuh ataupun tidak sedikit orang menginginkan kekuatan fisik yang besar. Kekuatan fisik yang luar biasa pada manusia umumnya tercipta disebabkan oleh latihan fisik yang rutin agar menstimulasi tubuh untuk memperbesar ototnya. Hal tersebut terjadi ketika jumlah protein synthesis melebihi jumlah protein breakdown. Kekuatan tersebut umumnya akan bersifat permanen jika individu mengerti apa yang harus dilakukannya dan dapat menjaga tubuhnya dengan baik dan benar. 

Faktanya, selain disebabkan oleh faktor latihan fisik dan gaya hidup yang mendukung, kekuatan yang luar biasa dapat didapatkan oleh faktor keadaan emosional tertentu yang menstimulasi produksi hormon tertentu yang ada dalam tubuh. Berbeda dengan kekuatan yang benar-benar dilatih, kekuatan yang disebabkan oleh kondisi emosional muncul secara tiba-tiba dan bersifat hanya sementara. Artinya, individu akan mendapatkan kekuatan yang luar biasa hanya pada situasi tertentu saja. Selain itu, kekuatan ini bersifat unconscious yang berarti kita tidak bisa mengendalikannya dan mengaktifkannya sesuka hati, hanya dapat aktif ketika seseorang dihadapkan oleh situasi hidup atau mati. Fenomena ini disebut dengan hysterical strength atau kekuatan histeris.

Pada 11 April 1982, terdapat suatu kasus yang seharusnya tidak bisa dilakukan oleh manusia pada situasi normal. Hari itu, di Massachusetts, Amerika Serikat, Tony Cavallo sedang memperbaiki mobilnya, sebuah 1964 Chevrolet Impala berbobot hampir 1500 kg. Naasnya, dongkrak yang seharusnya digunakan untuk menyangga mobilnya tiba-tiba rusak sehingga Tony tertimpa oleh mobilnya sendiri. Melihat hal tersebut, ibu Tony, Angela Cavallo langsung bergegas ke depan rumahnya, tempat dimana Tony memperbaiki mobilnya. Ia lalu mengangkat mobil itu sehingga Tony tidak tertimpa lagi oleh mobilnya sendiri.

Hal yang serupa terjadi 37 tahun kemudian, pada tahun 2019, di Ohio, Amerika Serikat, seorang pemuda 16 tahun bernama Zac Clark berhasil mengangkat sebuah Volkswagen Passat milik tetangganya saat tetangganya tertimpa mobil tersebut akibat kegagalan pada dongkrak mobil. Hal ini tentunya sulit direplikasikan oleh orang lain dalam situasi yang normal.

Kedua kasus tersebut menunjukkan contoh adanya hysterical strength. Hysterical strength muncul ketika seseorang atau rekan terdekatnya merasa bahwa mereka sedang dalam situasi yang terancam. Ketika dihadapkan pada kondisi tersebut, tubuh akan merespons stres dengan respons yang dikenal sebagai fight-or-flight response, sebuah respons tubuh terhadap bahaya yang dapat berupa melawan (fight) atau lari (flight). Dalam proses ini, otak manusia akan memerintahkan kelenjar adrenalin untuk mengalirkan dengan jumlah banyak hormon-hormon seperti hormon kortisol dan hormon adrenalin ke aliran darah. Hormon adrenalin ini akan menyebabkan beberapa reaksi fisik seperti meningkatnya detak jantung dan peningkatan jumlah aliran darah pada otot. Jumlah aliran darah beroksigen yang melimpah yang mengalir ke otot membuat otot menjadi lebih kuat dari semestinya. Meningkatnya kekuatan otot tersebut dapat digunakan oleh individu untuk melawan ancaman atau lari dari ancaman. Hal tersebut adalah apa yang terjadi pada tubuh Zac dan Angela dimana mereka memutuskan untuk melawan ancaman. 

Meskipun kehebatan hysterical strength yang seakan-akan tidak tertandingi, fenomena ini nyatanya sulit untuk diukur mengingat sulitnya mereplikasikan situasi yang sama persis di dalam laboratorium. Situasi yang berbahaya bagi individu ataupun orang lain dinilai bagi sebagian besar peneliti sebagai sesuatu yang bersifat tidak etis untuk dieksperimenkan. Hal ini membuat para ilmuwan memiliki pandangan yang tentatif akan fenomena hysterical strength ini. Selain itu, tidak terlepas fakta bahwa kebanyakan kasus hysterical strength yang berhubungan dengan mengangkat sebuah mobil sebenarnya mereka hanya mengangkat sebagian bagian dari mobil tersebut, tidak seluruhnya sehingga orang-orang seakan-akan menghiperbolakan kejadian tersebut. 

Terlepas dari kontroversinya, hysterical strength merupakan suatu fenomena yang keberadaannya masih diperdebatkan. Kita masih belum mengetahui apakah hal ini benar ataukah hanya angan-angan belaka seperti halnya superhero yang ada di komik-komik fiksi. Permasalahan etika membuat penelitian tentang fenomena hysterical strength terhambat sehingga perlu ada penelitian yang sekiranya dapat diterima oleh nilai dan norma di masyarakat untuk menggali lebih dalam lagi tentang fenomena hysterical strength ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun