Mohon tunggu...
Hammad Mutawakkil
Hammad Mutawakkil Mohon Tunggu... -

Kuas cinta dalam tautan gores tinta digital ...\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mundur ke Masa Depan

17 November 2016   22:29 Diperbarui: 17 November 2016   22:50 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Peradaban saat ini sangat identik dengan peradaban teknologi atau terkenal dengan istilah IT dan IPTEK. Tipikalisasi dari peradaban ini ialah pencapaian teknologisasi dalam segala bidang sendi kehidupan umat manusia. dalam jejak sejarahnya embrio peradaban saat ini sudah dimulai sejak zaman apa yang dikenal dengan sebutan zaman Reinansance atau terkenal dengan zaman keemasan menurut orang Barat. Eropa pada waktu itu memiliki arus pemikiran yang kritis terhadap belenggu agama.

Dan perlu diingat bahwa waktu itu kondisi budaya keilmuan sangat terkekang oleh suatu rezim yang mengatasnamakan agama, yakni gereja. Gereja pada waktu itu memiliki pengaruh kekuasaan dalam segala bentuk kehidupan umatnya. Bahkan tak sedikit para ilmuan yang mendapat sanksi keras dari pihak gereja seperti Galileo Galilei dan beberapa ilmuan yang lain. Sejak itu lah muncul beberapa gerakan untuk membebaskan diri dari hegemoni gereja yang terlampau otoriter dan sewenang-wenang. Martin Luther sebagai salah satu motor penggerak pembebasan tersebut berjuang melawan kediktaktoran gereja Katolik dan mendobrak daya pikir umat yang baru yakni Protestan. Dalam perkembanganya umat Katolik pun terpecah menjadi beberapa aliran dan sekte.

Dalam perkembanganya babak baru dunia dimulai dengan arus pemikiran baru dalam tradisi filsafat yang di internalisasi dari filsafat Yunani. Dalam arus pemikiran Yunani tersebut pada ilmuan Barat banyak menukil dan menyerap pemikir-pemukir Yunani dan mengembangkannya. Dua arus besar dalam filsafat yang pada waktu itu bersumber pada Aristoteles dan Plato. Dan melalui beberapa perkembangannya bangsa Barat mampu melahirkan beberapa terobosan dalam ilmu-ilmu filsafat hingga merambah pada pencabangan ilmu yang sangat luar biasa banyaknnya hingga saat ini. Rene Descartes terkenal dengan istilah cogito ergo sum yang kurang lebih memiliki arti aku berfikir maka aku ada.

Artinya peletakkan pemikiran tersebut terletak pada eksistensialis yang condong bercorak pada peng-akuan diri terhadap dirinya sendiri. Bahwa logic sentris sangat begitu kental pada waktu itu. Saya memaklumi bahwa dia terdorong untuk melepaskan agama dalam urusan keilmuan yang memang sebelumnya pada waktu itu agama sangat mengungkung tradisi keilmuan dengan hegemoninya dengan beberapa pasal undang-undang yang terkesan hegemonic dan membendung pintu ijtihad keilmuan.

Gereja pada waktu itu takut kehilangan eksistensi dan wibawa bila patokan keilmuan yang ditetapkan oleh gereja dilanggar. Sejak saat itulah embrio sekuler terkenal dengan salah satu ciri pemisahan urusan keilmuan dengan agama. Bahwa tradisi keilmuan dilarang dicampuri dengan urusan agama, dan ciri tersebut sangat mempengaruhi para pemikir-pemikir dunia lainya untuk berbondong-bondong mengikuti arus tersebut.

Dalam sepak terjang sejarah filsafat dalam hemat penulis terdapat beberapa peradaban yang juga memiliki kemajuan-kemajuan yang jarang di pelajari oleh kita. Peradaban kuno tersebut ialah Mesir kuno, Yunani kuno, Islam, Persi, dan Nusantara kuno. Saat ini arus pemikiran filsafat dan keilmuan banyak mengikuti arus pemikiran Yunani sebagai kiblat. Namun Islam pun sebenarnya memiliki tipikalitas pemikiran filsafat yang justru pada sebelum abad pencerahan Eropa menjadi embrio terjadinya babak pencerahan Eropa tersebut.

Ada satu corak peradaban yang hingga saat ini belum mendapat perhatian yang lebih yakni peradaban Nusantara kuno. Nusantara kuno sebagai peradaban memiliki corak pemikiran yang jarang diketehui oleh umum. Bahwa pencapaian apa saja pada waktu itu belum banyak yang menggalinya secara serius. Namun indikasi suatu pencapaian peradaban saat ini telah terkotak-kotak kedalam arus pemikiran mainstream yakni pendikotomian kedalam tradisional dan modern.

Setelah suksesnya dunia barat dalam pencapaian tradisi keilmuan yang positivistic atau empiris, dari situ mulai muncul pabrik-pabrik atau masuklah babak industrialisasi yang memakai mesin sebagai alat bantu kinerja ekonomi daerah dan berkembang sampai skala Negara. Industrialisasi inilah sebagai babak awal pemetaan pemikiran Barat yang lambat laun ter distribusi ke belahan dunia lain dan menjdai contoh atau tolak ukur kemajuan suatu bangsa atau Negara untuk dapat mewujudkan kesejahteraan bagi umatnya.

Hemat saya bahwa indrustrialisasi yang berkembang pada waktu itu memiliki nilai ekonomi yang sangat menggiurkan. Namun dengan adanya industrialisasi Barat pun meletakkan fondasi pemkiran keilmuan dengan istilah modernisasi. Modernisasi lekat hubunganya dengan era empirisme ilmu pengetahuan. Empirisme ilmu pengetahuan ialah corak pandang positivistik.

Namun banyak kalangan menilai bahwa yang terjadi saat ini sebenarnya ialah gejala Westrenisasi atau menjadikan dunia berkiblat pada pola pemikiran Barat dengan segala corak dan arus pemikirannya. Dengan begitu Indonesia atau Nusantara kemudian sebagai Negara yang dikategorikan sebagai Negara berkembang atau dunia ke tiga, memiliki beban yang sangat berat oleh karna sangat jauh disbanding dengan tolak ukur kemajuan sebuah bangsa dengan Barat sebagai patokan atau tolak ukur. Setelah industrialisasi ,uncullah babak koloniasisasi yang dimotori oleh bangsa-Barat sebagai upaya ekspansi moda ekonomi sebagai salah satu ujung tombak pembawa arus pemikiran modern. Yang perlu diingat ialah bahwa para kolonialis dahulu tidak hanya membawa misi ekonomi saja.

Dalam konteks Nusantara Belanda dengan VOC-nya memiliki misi 3G yakni Gold, Glory, Gospel. Dan sebenarnya yang lebih penting ialah masuknya arus pemikiran modernisasi tata kepemerintahan yang semula kerajaan-kerajaan menjadi sebuah konsep yang Westrenistik. Dari situlah babak awal tergerusnya nilai-nilai identitas bangsa Nusantara dan tergantinya sebuah sistem nilai yang identik dengan nilai-nilai impor dari Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun