Mohon tunggu...
H.S Parukitta
H.S Parukitta Mohon Tunggu... pelajar mahasiswa -

"Melihat dari Sudut yang Berbeda"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Seberang Negeri Istana Dongeng

1 Maret 2017   23:00 Diperbarui: 2 Maret 2017   08:00 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenalkan namaku Alif, saya kecil dan besar di sekitaran tempat Kumuh perkotaan, tapi mimpiku tidaklah kumuh teman, meski kadang takut, saya punya mimpi ingin hidup di Negeri Istana dan tidak lagi berDongeng, sebab sudah lama ceritranya menjadi pengantar Tidurku saat Kelaparan di malam hari!!!

Hari sudah semakin sore, burung-burung beterbangan kembali ke sangkarnya begitupun mahkluk-mahkluk lainnya, sama hal dengan manusia juga kembali ke rumahnya saat itu, lalu sebahagian  gerobak jualan Malam keluar satu persatu menjajakan dangangan kecil setelah malam membahana. Hari ini tak banyak yang saya hasilkan dari mengais sampah sepanjangan TPA dan berjalan menyusuri teratoar demi teratoar seperti telah menjadi teman setia dalam perjalanan hidupku sedari kecil dulu.

* Nak kamu masih muda kenapa tak kerja yang lain??? Kata ibu guru samping rumah romi,

* Mau kerja apa bu’ sekolah saja tidak, SD saja tidak, boro-boro mau cari pekerjaan yang layak!! “balasku kepada bu guru itu”

* Iyah ibu paham, namun setidaknya kamu masih bisa mengejar ketertinggalanmu, Nak...

* Dengan cara apa ibu guru? Sedang aku ini sudah lumayan lewat usia, sebahagian temanku juga ada yang sudah menikah dan ada pula yang telah bekerja di perusahaan-perusahaan Kota Seberang sana, “Jawabku”

* Jikalau untuk perkara Ijazah SD ibu bisa bantu Nak, dan untuk SMP dan SMA kamu bisa ikut ujian Paket bersama yang lainnya, untuk selanjutnya sisa kamu yang tentukan apakah mau lanjut kuliah atau merantau ke kampung tetangga!!! Tegas bu guru,

Perbincangan singkat itu selalu terbayang dalam benakku, apakah benar bisa aku memulai semuanya dari awal lagi? Apakah bisa aku di izinkan Uwak untuk mengikuti arahan bu guru itu? hatiku semakin gusar antara mau dan tak berani, tapi,,, sampai kapan aku akan terus seperti ini!!!, “gumamku kala senja di sore berikutnya” Sore itu adalah hari dimana aku berpikir keras dalam menentukan masa depanku, apakah ingin seperti ini terus atau memilih meninggalkan lalu memulai awal yang baru...

Namun, Apalah kita dalam Dunia ini, kita hanya setitik kaum debu kecil (Kucelisme) disepanjangan jalan garis kehidupan, ingin bermimpi tapi aku takut mimpi itu hanya sebagai Hantu, menghantui sampai jatuh Asaku, aku takut melawan dunia ini sendirian tak ada sesuatu bekal sedikitpun dari leluhurku, aku tidak terlahir sebagai bangsawan, bukan pula terlahir dari rahim pengusaha sukses, bukan pula dari kaum-kaum Istana negeri seberarang sana, yang bermewahan dengan Jasnya, bermewahan dengan Mobil, rumah dan seluruh fasilitasnya!!! Aku bukanlah mereka karna itu aku kadang takut bermimpi biasanya..”

Hariku hanya sebagai tukang pungut barang rongsokan, plastik dan limbah lainnya itupun hanya cukup untuk menghidupi Uwak makan setiap harinya, saya teringat cerita Uwak katanya saat itu ia masih Muda,

Aku dulu Nak pernah Muda dan punya cita-cita yang tinggi, sama dengan kamu sekarang ini!!! namun apa daya kita hanya kaum Biasa tak punya apa-apa, saat itu bersama dengan teman-teman Uwak menuju Ke Negeri Istana, rencana untuk melamar pekerjaan, sebelum sampai disana Uwak bercakap-cakap dengan ke dua teman saya di kapal waktu itu,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun